Latest News

Selasa, 22 November 2016

Indonesia Dalam Menghadapi MEA dan AFTA



Bagaimana Indonesia Dapat Menghadapi MEA dan AFTA ?
Hasil gambar untuk MEA 
Hasil gambar untuk afta
                Pasti kedua singkatan tersebut sudah tak asing lagi di telinga kita. Hampir setiap hari, media massa memberitakan atau sekedar memberi info singkat mengenai MEA dan AFTA. Bahkan, iklan-iklan di pinggir jalan pun menjadikan MEA dan AFTA sebagai alat promosi, seperti kursus bahasa inggris, pelatihan bisnis, dan sebagainya.
                Sebenarnya, apa sih MEA dan AFTA itu ? Mengapa hampir semua orang mempersiapkan diri untuk menghadapi hal tersebut ?
Jadi, ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta  menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya.  AFTA dibentuk pada waktu Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN IV di Singapura 1992. Awalnya AFTA ditargetkan merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN, dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia yang akan dicapai dalam waktu 15 tahun (1993-2008). Kemudian dipercepat menjadi tahun 2003, dan terakhir dipercepat lagi menjadi tahun 2002. Skema Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area (CEPT- AFTA) merupakan suatu skema untuk  mewujudkan AFTA melalui: penurunan tarif hingga menjadi 0-5%, penghapusan pembatasan kwantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya.
Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunai Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura, dan Thailand, dan bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015. Sehingga, barang-barang dari negara-negara ASEAN akan sangat mudah masuk ke Indonesia, begitu pula dengan ekspor barang ke negara-negara tetangga.
Disamping itu, ada juga produk yang dikategorikan sebagai General Exception, yaitu  produk-produk yang secara permanen tidak perlu dimasukkan ke dalam CEPT - AFTA, karena alasan keamanan nasional, keselamatan, atau kesehatan bagi manusia, binatang, dan tumbuhan, serta untuk melestarikan obyek-obyek arkeologi dan budaya.
Indonesia mengkategorikan produk-produk dalam kelompok senjata dan amunisi, minuman beralkohol, dan sebagainya sebanyak 68 pos tarif sebagai General Exception. 
Sedangkan MEA yang merupakan kepanjangan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan bentuk realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara. MEA menggambarkan adanya perekonomian yang mengglobal di antara negara-negara ASEAN dan MEA dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing ekonomi di kawasan regional ASEAN.
Dengan adanya MEA dan AFTA, menandakan para pemimpin negara-negara ASEAN telah sepakat untuk mentransformasi wilayah ASEAN menjadi kawasan bebas aliran barang, jasa, investasi, permodalan, dan tenaga kerja. MEA menggambarkan adanya perekonomian yang mengglobal di antara negara-negara ASEAN dan MEA dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing ekonomi di kawasan regional ASEAN.
Sedangkan AFTA, tujuan utamanya untuk meningkatkan daya saing ekonomi dan bisnis ASEAN di kancah dunia. Harapannya, jika AFTA sukses, negara-negara ASEAN bisa menjadi basis produksi dunia, seperti Cina.

Wah, artinya, kalau seperti itu, semua kegiatan ekonomi antar negara ASEAN (ditambah dengan Cina untuk AFTA) akan benar-benar bebas. Sehingga, pertukaran barang, jasa, dan kegiatan ekonomi lainnya akan dengan mudahnya keluar masuk antarnegara. Saingan ekonomi di dalam negeri menjadi bertambah, para pelaku ekonomi tidak lagi hanya bersaing dengan pelaku ekonomi pribumi, namun ditambah dengan saingan dari negara-negara lain. Hal ini memiliki dampak baik dan buruk bagi setiap negara, termasuk Indonesia. Dengan adanya MEA dan AFTA, kesempatan semua negara menjadi sama dalam melakukan kegiatan ekonominya di wilayah ASEAN. Semua negara berhak melakukan kegiatan ekonomi di negara lain dan harus menerima negara lain yang melakukan kegiatan ekonomi di negaranya secara bebas. Sehingga, keberhasilan perekonomian akibat MEA maupun AFTA tergantung dari sikap yang diambil oleh masing-masing negara. Nah, sekarang kita akan fokus kepada Indonesia. Bagaimana caranya sehingga Indonesia dapat menjadi negara yang sukses atau mendapatkan keuntungan dengan diberlakukannya MEA dan AFTA ?
-          Kesempatan ekspor menjadi sangat besar dengan banyaknya sumber daya alam Indonesia yang bernilai tinggi. Namun, nilainya akan semakin tinggi jika sumber daya alam tersebut diolah terlebih dahulu oleh sumber daya manusia yang mumpuni. Lihat peta sebaran sumber daya alam di seluruh Indonesia berikut :
Hasil gambar untuk sebaran sumber daya alam indonesia
Betapa kayanya negeri kita, bukan ? Dengan diberlakukannya MEA dan AFTA, barang-barang tersebut akan menjadi mudah di pasarkan di kawasan ASEAN yang dapat menambah eksistensi Indonesia di mata dunia. Hanya, barang-barang tersebut akan bernilai sangat murah jika diekspor mentah-mentah. Oleh karena itu, lebih baik jika diolah terlebih dahulu untuk menaikkan harga jual.
Sekarang, di Indonesia sedang berkembang sektor ekonomi kreatif kemampuan para penggelut bidang tersebut dapat dimaksimalkan dalam menghadapi kondisi ini. Magno salah satu buktinya, radio kayu asli Indonesia yang dipasarkan di mancanegara dengan harga yang lumayan tinggi, yaitu sekitar 200-300 dollar AS. Walaupun begitu, peminatnya tetap banyak, lho.
-          Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar dengan kekayaan alam yang dimiliki. Dengan diberlakukannya MEA dan AFTA, akan banyak orang asing yang datang ke Indonesia untuk melakukan berbagai kepentingan. Oleh karena itu Indonesia perlu dipoles agar menjadi sumber pendapatan dengan memanfaatkan kedatangan orang-orang asing tersebut. Berikut potensi Indonesia di bidang pariwisata :


hh.jpg


-          Dengan adanya MEA dan AFTA, barang-barang dan jasa yang ditawarkan oleh pelaku ekonomi lokal akan bersaing dengan pelaku ekonomi asing. Dengan pangsa pasar yang besar, penduduk Indonesia yang berjumlah +- 260.000.0000 orang, dapat menjadi kesempatan bagi seluruh negara untuk meraup keuntungan. Oleh karena itu, jangan sampai pasar lokal dikalahkkan oleh pasar asing. Pemerintah perlu memperhatikan hal ini. Salah satunya dengan melakukan propaganda untuk terus mencintai produk dalam negeri. Para produsen dalam negeri juga harus meningkatkan daya tarik produk sehingga warga Indonesia tetap tertarik dengan produk dalam negeri.
-          Persaingan yang terjadi di abad 21 ini selalu memiliki hubungan dengan perkembangan IPTEK. Oleh karena itu, Indonesia, yang memiliki potensi dengan banyaknya jumlah penduduk berusia muda, perlu memanfaatkan potensi tersebut dengan meningkatkan kesadaran para pemuda untuk melakukan pengembangan di bidang IPTEK.
-          Indonesia akan memperoleh bahan import dengan mudah. Seperti bahan baku yang memang hanya dapat dipenuhi dengan mendatangkan bahan tersebut dari luar negeri akan menguntungkan para produsen dalam negeri.
-          Dengan jumlah penduduk Indonesia yang berkisaran pada 250 juta orang, dan angka tersebut mendominasi pangsa pasar ASEAN yang berjumlah 625 juta orang. Melalui MEA dan AFTA, warga Indonesia dapat dengan mudah bekerja di luar negeri. Hanya saja, mereka perlu bersaing dalam hal skill dan itu menjadi salah satu masalah Indonesia. Penduduk banyak, hanya kualitas SDM kurang. Padahal, jumlah yang banyak itu sangat berpotensi untuk memajukan Indonesia jika didominasi oleh orang-orang dengan kualitas SDM yang bagus. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan perbaikan dalam bidang pendidikan agar dapat menghasilkan SDM yang berkualitas.
Disamping itu, pemerintah sendiri telah mengambil beberapa langkah untuk menghadapi MEA dan AFTA :
-          Pemerintah perlu mengubah pola pikir lama yang birokratis dengan pola pikir enterpreneurship yang lebih efektif dan efisien. Sebagai contoh, kebijakan BBM sebesar Rp 300 triliun dialihkan pada investasi infrastruktur yang lebih produktif.
-          Dalam bidang pendidikan, dilakukan pengembangan kurikulum. Lalu, dilakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat melalui Iklan Layanan Masyarakat tentang MEA agar masyarakat lebih siap.
-          Di bidang Perindustrian, mentri Perindustrian Saleh Husin mengambil strategi ofensif dan defensif. Ofensif yaitu menyiapkan produk-produk unggulan, seperti dalam industri agro, yaitu kakao, karet, minyak sawit, tekstil dan produk tekstil, alas kaki kulit, mebel, makanan dan minuman, pupuk dan petrokimia, otomotif, mesin dan peralatan, serta produk logam, besi, dan baja. Sedangkan defensifI dilakukan dengan menyususn SNI untuk produk-produk manufaktur.
-          Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel memiliki beberapa langkah untuk menghadapi MEA. Salah satunya yaitu mencanangkan Nawa Cita Kementrian Perdagangan dengan menetapkan target eksor sebesar tiga kali lipat selama lima tahun ke depan. Cara tersebut dapat dilakukan degan membangun 5000 pasar, mengembagkan UMKM, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri. Untuk target ekspor, tahun 2015 ditargetkan sebesar US$192,5 miliar. Selain itu, pemerintah juga menyiapkan strategi substitusi impor untuk meningkatkan ekspor dengan memberi nilai tambah produk dalam negeri. Pemerintah berusaha membalik struktur ekspor dengan komposisi 35 persen komoditas dan 65 persen manufaktur.
-          Pemerintah akan memperkuat produk UKM melalui pembinaan terhadap kemasan, sertifikasi halal, pendaftaran merek, dan peningkatan daya saing produk dalam negeri. Pemerintah juga memfasilitasi pelaku UKM daam pameran berskala internasional.
-          Pemerintah mendekati industri yang berpotensi menyumbang peningkatan ekspor, misalnya industri otomotif. Rencananya, industri otomotif akan mengekspor 50 ribu sepeda motor ke Filipina. Kementerian Perdagangan juga mendorong sektor mebel untuk semakin produktif dan meningkatkan ekspor. Selain itu, sektor perikanan juga sangat berpotensi untuk meningkatkan ekspor Indonesia.

Sumber :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post