PAHAM-PAHAM DARI EROPA YANG MASUK KE INDONESIA
Pada masa penjajahan, banyak
bermunculan paham-paham atau ideologi baru di dunia Barat, atau Eropa. Dengan
kondisi huungan antar negara pada masa itu, yang memungkinkannya paham-paham
tersebut menyebar ke berbagai wilayah, mengakibatkan Indonesia juga kecipratan
pengaruh dari munculnya paham-paham tersebut. Sehingga, paham-paham tersebut
mulai masuk ke Indonesia dan berkembang. Namun, tidak semua paham sesuai dengan
nilai adat istiadat dan kebiasaan masyarakat Indonesia. Sehingga, ada
paham-paham yang diterima dengan baik, namun ada juga yang tidak. Namun, dengan
pemikiran manusia yang begitu beragam, setiap paham tentu saja memiliki
penggemar tersendiri yang tak sedikit jumlahnya. Paham-paham tersebut tentunya
tidak muncul secara tiba-tiba di dunia. Namun, pasti ada orang-orang yang
merupakan penggagas awal paham tersebut. Nah, pada pembahasan kali ini, akan
dijelaskan bagaimana paham-paham tersebut masuk ke Indonesia, siapa saja
penggagas paham tersebut, dan siapa yang membawanya ke Indonesia ? Yuk, simak penjelasan
di bawah ini.... semoga bermanfaat....
a.
Komunisme
Mendengar
kata komunis, pasti telinga kita sudah tak asing lagi. Siapa sih yang tak kenal
dengan PKI ? Partai besar yang pernah berjaya di Indonesia, namun berakhir
dengan nasib yang sangat malang. Apalagi peristiwa G 30 S PKI yang terkenal
mengerikan namun hingga saat ini tak jelas hitam putihnya. Nah, bagaimana
sehingga komunis dapat masuk ke Indonesia ?
Jadi,
tahun 1920-an adalah kelanjutan fase awal dominasi komunisme di negara
Indonesia yang ditandai dengan lahirnya PKI. Dengan tokoh komunis nasional
seperti Tan Malaka.
Lahirnya
Komunisme di Indonesia tak lepas dari hadirnya orang-orang buangan politik dari
Belanda dan mahasiswa-mahasiswa lulusannya yang beraliran kiri. Beberapa di
antara mereka adalah Seevliet, Bregsma, dan Tan Malaka yang masuk setelah
Sarekat Islam (SI) Semarang terbentuk.
Gerakan
Komunis di Indonesa berawal di Surabaya pada diskusi intern para pekerja buruh
kereta api Surabaya yang dkenal dengan nama VSTP. Pada awalnya VSTP hanya
beranggotakan orang Eropa dan Indo Eropa saja. Namun, seiring dengan
berkembangnya waktu, kaum pribumi mulai anyak yang bergabung. Salah satunya
adalah Semaoen yang kemudian menjadi ketua SI Semarang.
Komunisme
juga aktif di Semarang yang sering disebut “Kota Merah” setelah PKI menjadi
basis di daerah tersebut pada era itu. Hadirnya ISDV dan masuknya pribumi
berhaluan kiri ke dalam Sarekat Islam membuat komunis menjadi bagian cabangnya,
yang nantinya disebut “SI Merah”. Kemudian ISDV menadi salah satu organisasi
yang bertanggung jawab atas banyaknya pemogokan buruh di Jawa.
Konflik antara SI Semarang (SI Merah) dengan SI
pusat di Yogyakarta (SI Putih) mendorong diselenggarakannya
kongres. Atas usulan Haji Agus Salim, yang disahkan oleh
pusat SI, baik SI Merah maupun SI Putih menyepakati bahwa personel SI Merah
keluar dari SI. Mantan personel SI Merah kemudian bersama ISDV berganti nama
menjadi PKI.
Kehancuran PKI fase awal bermula dengan
adanya Persetujuan Prambanan yang memutuskan akan ada pemberontakan
besar-besaran di seluruh Hindia-Belanda. Tan Malaka yang tidak setuju
karena Komunisme di Indonesia kurang kuat mencoba menghentikan, namun para
tokoh PKI lainnya tidak menggubris usulan tersebut, kecuali mereka yang ada di
pihak Tan Malaka. Pemberontakan terjadi pada tahun 1926-1927 yang berakhir
dengan kekalahan PKI. Para tokoh PKI menyalahkan Tan Malaka atas kegagalan
tersebut, karena telah mencoba menghentikan pemberontakan dan memengaruhi
cabang-cabang PKI.
Era
Perang Kemerdekaan, PKI bangkit kembali dengan kedatangan misterius Muso dari
Uni Soviet ke Indonesia yang saat itu masih beribu kota di Yogyakarta. Muso
berpidato di Yogyakarta dengan pandangan yang murni Komunisme. DI Yogyakarta,
ia juga mendidik calon-calon pemimpin PKI seperti D.N Aidit.
Lalu,
Muso bergerak ke Madiun, dan dikabarkan mendirikan negara berhaluan komunis
yang didukung salas satu menteri Soekarno, Amir Syarifuddin. Pemberontakan ini
diakhiri dengan penumpasan oleh Divisi Siliwangi.
Begitulah
awal masuknya PKI ke Indonesia. Lalu, ada masa-masa saat mereka didukung oleh
Soekarno sehingga menjadi kekuatan baru di politik Indonesia dan menimbulkan
ketegangan-ketegangan di kalangan masyarakat. Sejak Dekrit Presiden pda 5 Juli
1959, politik Indonesia lebih condong ke Blok Timur dan banyak melakukan
kerjasama dengan negara-negara komunis.
Di sisi lain,
konflik dalam negeri semakin memanas dikarenakan krisis moneter, selain itu
juga terdengar desas-desus bahwa PKI dan militer yang bermusuhan akan
melakukan kudeta. Militer
mencurigai PKI karena mengusulkan Angkatan Kelima (setelah
AURI, ALRI, ADRI dan Kepolisian), sementara PKI mencurigai TNI hendak melakukan kudeta atas Presiden Soekarno yang sedang sakit,
tepat saat ulang tahun TNI. Kecurigaan satu dengan yang lain tersebut kemudian
dipercaya menjadi sebab insiden yang dikenal sebagai Gerakan 30
September, namun beberapa ilmuwan menduga, bahwa ini sebenarnya hanyalah konflik
intern militer waktu itu.
Pasca Gerakan 30
September, terjadi pengambinghitaman kepada orang-orang komunis oleh
pemerintah Orde Baru. Terjadi
"pembersihan" besar-besaran atas warga dan anggota keluarga yang
dituduh komunis meskipun belum tentu kebenarannya. Diperkirakan antara
limaratus ribu sampai duajuta jiwa meninggal di Jawa dan Bali setelah
peristiwa Gerakan 30
September, para "tertuduh komunis" ini yang ditangkap kebanyakan
dieksekusi tanpa proses pengadilan. Sementara bagi "para tertuduh
komunis" yang tetap hidup, setelah selesai masa hukuman, baik di Pulau Buru atau di
penjara, tetap diawasi dan dibatasi ruang geraknya dengan penamaan Eks Tapol.
Sejak presiden
Soeharto jatuh, aktivitas kelompok-kelompok komunis, marxis, dan haluan kriri
lainnya, aktif kembali di lapangan politik Indonesia walaupun secara hukum
masih dilarag oleh pemerintahan Indonesia.
Tokoh-tokoh Komunisme :
a) Vladimir Lenin
a) Vladimir Lenin
Nama aslinya adalah Vladimir Ilyich Ulyanov.
Nama Lenin diambil dari nama sungai, yaitu Sungai Lena. Merupakan tokoh
revolusioner komunis di Rusia dan pemimpin partai Bolshevik
b) Mao Zedong
Lahir di Shaoshan, Hunan,
26 Desember 1893 dan meninggal di
Beijing, 9 September 1976. Pada umur 82 tahun, Mao Zedong adalah seorang tokoh
filsuf dan pendiri Negara Republik Rakyat China.
c) Kim Il Sung
Seorang tokoh politikus komunis dari
Korea Utara. Menurut konstitusi Korea Utara, Kim Il Sung adalah presiden abadi
Korea Utara. Hari ulang tahunnya dijadikan hari libur di Korea Utara.
b.
Demokrasi
Yeeeyy...,
demokrasi ! Siapa yang tak kenal demokrasi ? Demokrasi merupakan ideologi yang
dianut oleh NKRI. Yang dimodifikasi menjadi demokrasi pancasila. Hmm..., kenapa
ya negara kita bisa menjadi negara demokrasi ?
Jadi,
demokrasi telah menjadi ideologi Indonesia sejak tahun 1945, dengan Demokrasi
Parlementer (1945-1959) walaupun dengan kondisi politik yang tidak stabil. Lalu
dilanjutkan dengan Demokrasi Terpimpin yang dipimpi oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan. Walaupun pelaksanaannya lebih terpusat pada
otoriter seorang presiden. Ditandai dengan pembetukan kepemimpinan yang
inkonstitusional dengan keluarnya TAP MPR No. III/MPR/1963 tentang pengangkatan
Ir. Soekarno sebagai presiden seumur hidup dan membatalkan masa jabatan Presiden
5 tahun dalam UUD 1945. Sementara untuk pers yang dianggap menyimpang dari “rel
revolusi” ditiadakan dan
dibredel. Saat itu, demokrasi tertpimpin dapat
mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Terihat dari ungkapan
Bung Karno ketuka memberikan amanat kepada konstituante pada 22 April 1959
tentang pokok-pokok Demokrasi Terpimpin. Kemudian, Demokrasi Terpimpin diganti
dengan Demokrasi masa Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto. Namun, pada saat
itu stabilitas keamanan sangat dijaga sehingga terjadi pemasungan kebebasan
berbicara yang bertolak belakang dengan ideologi Demokrasi itu sendiri. Setelah
itu, muncullah Demokrasi pada masa Reformasi.
Tokoh-tokoh Demokrasi :
c. Nasionalisme
Mendengar Nasionalisme, identik dengan rasa cinta
terhadap negerinya sendiri. Jadi, Nasionalisme adalah suatu paham rasa cinta
terhadap bangsa dan tanah air yang berasal dari persamaan tradisi yang
berkaitan dengan sejarah, agama, bahasa, kebudayaan, pemerintahan, dan tempat
tinggal dan keinginan untuk mempertahankan dan mengembangkan tradisinya sebagai
milik bersama dari anggota bangsa itu sebagai kesatuan bangsa. Lalu, bagaimana
Nasionalisme dapat muncul ?
a. Magna Charta (1215)
di Inggris yang kemudian menjadi akar demokrasi.
b. Adanya Piagam Bill
of Right (1689) di Inggris.
c. Revolusi Prancis
yang menumbuhkan demokrasi dan nasionalisme yang tercermin dalam semboyan
revolusi liberte, egalite, fraternite yang berkembang ke seluruh Eropa.
d. Pengaruh pemikiran
dari Renaissance.
Kemudian, Nasionalisme pun masuk ke Indonesia dan menjadi
ideologi yang berkembang di Indonesia.
Tokoh-tokoh
Nasionalisme :
Siapakah pencetus Nasionalisme ? Mereka adalah
Joseph Ernest Renan, Otto Bouer, Hans Kohn, dan Louis Sneyder. Hans Kohn
berpendapat bahwa nasionalisme adalah kesetiaan tertinggi individu yang
diserahkan kepada bangsa dan negaranya. Kemudian Herts dalam bukunya yang
berjudul Nationality in History and Policy mengatakan bahwa prinsip-prinsip
nasionalisme adalah hasrat untuk mencapai kesatuan, kemerdekaan, keaslian, dan
kehormatan.
d. Liberalisme
Kebanyakan orang cinta akan kebebasan. Kadang,
kebebasan mendatangkan kebahagiaan. Namun, ternyata kebebasan tidak hanya
sekedar masalah kebahagiaan atau kepuasan individu semata yang tidak memiliki
pengaruh dalam kehidupan bernegara. Ternyata, dengan dasar kebebasan, hal
tersebut dapat menjadi sebuah dasar ide sebuah paham atau ideologi besar yang
banyak digunakan oleh negara-negara di dunia. Walaupun Indonesia adalah negara
Demokrasi, bukan hal yang aneh jika Liberalisme pun masuk dan berpengaaruh di
Indonesia karena dunia sangatlah terbuka.
Sekularisme yang merupakan akar liberalisme masuk
secara paksa ke Indonesia melalui proses penjajahan, khususnya oleh pemerintah
Hindia Belanda. Prinsip negara sekular telah termaktub dalam Undang Undang
Dasar Negara Belanda tahun 1855 ayat 119 yang menyatakan bahwa pemerintah bersikap
netral terhadap agama, artinya tidak memihak salah satu agama atau mencampuri
urusan agama.
Prinsip sekular dapat kita telusuri melalui
rekomendasi Snouck Hurgonje kepada pemerintah kolonial untuk melakukan Islam
Politik yaitu kebijakan pemerintah kolonial dalam menangani masalah Islam di
Indonesia. Kebijakan ini menindas Islam dalam hal politik. Inti Islam Politiek
adalah :
a. Dalam bidang ibadah murni, pemerintah hendaknya
emberi kebebasan, sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda
b. Dalam bidang kemasyarakatan, pemerintah hendaknya
memanfaatkan adat kebiasaan masyarakat agar rakyat mendekati Belanda
c. Dalam bidang politik atau kenegaraan, pemerintah
harus mencegah setiap upaya yang akan membawa rakyat pada fanatisme dan ide Pan
Islam
Hal yang semakin memperkuat pengaruh Liberalisme di
Indonesia adalah Politik Etis yang dijlankan oleh pemerintah Belanda di awal
abad XX. Salah satu kebijakannya disebut dengan unifikasi, upaya mengikat
negeri jajahan dengan penjajahnya dengan menyampaikan kebudayaan Barat kepada
orang Indonesia. Pendidikan seperti yang disarankan Snouck Hurgronje ternyata
menjadi cara yang manjur dalam proses unifikasi agar orang Indonesia dan
penjajah memiliki kesamaan persepsi dala aspek sosial dan politik meskipun
berbeda agama.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia seharusnya dapat
menghapus cengkraman Liberalisme. Namun, hal tersebut tidak terjadi. Revolusi
kemerdekaan Indonesia hanya mengganti rezim penguasa bukan mengganti siste atau
ideologi penjajah. Pemerintahannya memang berganti, namun ideologi tetap
sekular. Revolusi tersebut mirip dengan Revolusi Amerika di tahun 1776. Ketika
Amerika memproklamirkan kemerdekaannya dari kolonialisasi Inggris, lantas
merdeka secara politik dari Inggris walaupun mereka sama-sama sekular.
Indonesia mulai salah arah ketika saat-saat
menjelng prokamasi, dimana kelompok sekular Soekarno, Hatta, Ahmad Soebarjo,
dan M. Yamin telah memenangan kompetisi melawan kelompok Islam dengan tokoh
Abdul Kahar Muzakkir, H Agus Salim, Abd. Wahid Hasyim, dan Abikusno
Cokrosuyoso.
Sekularisme tumbuh subur di Indonesia dalam hal
politik, ekonomi, maupun agama. Dalam bidang ekonomi, liberaisme terwujud dalam
bentuk kapitalisme dalam organisasi ekonomi dilihat dari adanya kepemilikan
pribadi, perekonomian pasar, peraingan, dan motif mencari keuntungan. Dalam hal
politik, liberalisme terlihat dala sistem demokrasi liberal yang mengagungkan
kebebasan individu dalam beragama. Dan dalam kehidupan yang lain, budaya barat
yang condong ke arah liberal telah mulai merasuki bangsa. Sebagai contohnya,
kini kita sudah sering mendengar istilah Islam Liberal.
Tokoh-tokoh Liberalisme :
a) John Locke
a) John Locke
Menurut John Locke , negara adalah sesuatu yang terbentuk dari perjanjiann sosial antara individu yang hidup bebas dengan
para penguasa.
b) Montesquieu
Tokoh ini terkenal dengan pembagian 3 kekuasaan
pemerintahan, legislatif, yudikatif, dan eksekutif.
c) David Hume
Mengatakan bahwa semua pengetahuan
dimulai dari pengalaman indera sebagai dasar kesan berbasis pengetahuan.
e. Sosialisme
Mengapa Sosialisme dapat masuk ke
Indonesia ? Tak lain karena sebuah
organisasi kaum sosialis yang dibentuk pada tahun 1914, ISDV (Indische Sociaal
Democratische Vereeniging atau Persatuan Sosial Deokrat Hindia Belanda). Organisasi ini pada awalnya merupakan kumpulan dari kaum sosialis
Belanda yang bekerja di Hindia-Belanda, dan dibentuk atas kegelisahan seorang
sosialis Belanda yang berhadapan dengan kondisi-kondisi sosial-politik Hindia
Belanda saat itu. Sneevliet namanya. Atau lengkapnya Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet. Kedatangannya ke Hindia Belanda tahun 1913 dan berkerja di Soerjabajaasch Handelsblad (sebuah surat kabar di Surabaya) telah
membawanya menjadi tonggak awal dari kemunculan ide-ide Sosialisme di
Indonesia. Namun sebelum memulainya, Sneevliet harus bertemu terlebih dahulu
dengan sebuah perdebatan awal didalam ISDV tentang tugas kaum sosialis Belanda
di Hindia-Belanda (Indonesia).
Ketika itu, ISDV
sangat mengetahui bahwa penjajahan Belanda di Indonesia dalam bentuk
kolonialisme merupakan bagian langsung cara mempertahankan Kaitalisme di Eropa
dan Amerika. Namun, mereka masih berbeda pandangan tentang apakah sudah saatnya untuk mempropagandakan
ide-ide sosialisme dan mendorong kemerdekaan pada masyarakat Hindia Belanda.
Pihak yang lebih moderat (yang di kemudian hari berpecah dengan ISDV) lebih
menekankan pada tugas-tugas kajian bagi kepentingan fraksi SDAP (Partai Sosial
Demokrat Belanda) di parlemen Belanda. Sneevliet akhirnya harus berkompromi,
dimana selain mempropagandakan ide-ide sosialisme dan kajian-kajian bagi
kepentingan SDAP, ISDV disepakati hanya berurusan dengan politik sebatas apa
yang tidak dilarang oleh peraturan kolonial.
Namun
demikian, dalam deklarasi prinsip nya ISDV telah memasukkan prinsip “perjuangan
kelas” dan makna kemerdekaan dalam tujuan organisasinya, berbeda dari
organisasi-organisasi pergerakan sebelumnya yang lebih menekankan segi
kebangsaan (seperti Boedi Oetomo atau Indische
Partij) atau keagamaan (seperti Serikat Islam):
“persatuan
sosial demokrat Hindia Belanda memiliki tujuan bagi pengorganisasian pendudukan
Hindia, terutamakaum proletar dan kaum petani tanpa memandang ras dan agama, untuk
membentuk suatu partai politik
independen yang akan memimpin perjuangan kelas melawan penguasa kelas kapitalis
asing di tanah air, dengan demikian melakukan satu-satunya perjuangan yang
mungkin mencapai pembebasan
nasional. Gerakan ini memberikan segala dukungan yang mungkin pada setiap
gerakan ekonomi dan politik rakyat sejauh gerakan itu memperkuat kedudukan
pendudukan melawan kelas penguasa” [huruf tebal dari penulis]
ISDV kemudian
mulai mengeluarkan pandangan-pandangan sosialisnya dalam terbitan “Het Vrije
Woord“ (Suara Kemerdekaan) pada tahun 1915. Walau masih menggunakan bahasa
Belanda, tulisan-tulisan dalam terbitan ini ternyata ikut mempopulerkan ISDV
dan gagasan Sosialisme di kalangan pemimpin pergerakan rakyat Hindia Belanda
ketika itu. Pada 1917 ISDV meluaskan pandangannya dengan penerbitan berbahasa
Melayu/Indonesia, “Soeara Merdeka”.
Namun
terbitan yang cukup menuai popularitas itu ternyata terasa masih kurang disaat
ISDV belum berhasil melahirkan sebuah gerakan berbasis massa yang menjadi
syarat dari kemerdekaan rakyat. Saat itu faksi Snevliet yang lebih menekankan
sisi agitasi-propaganda dan aksi di ISDV memulai propagandanya menentang
pemerintah (salah satunya dalam menentang kriminalisasi terhadap jurnalis
Indonesia – Marco Kartodikromo – dan menolak rencana milisi bumi putera
menghadapi Perang Dunia I). Faksi Sneevliet juga mulai mempengaruhi
organisasi-organisasi massa besar seperti insulinde dan Serikat Islam. Usaha ini dilakukan
karena ISDV membutuhkan pengikut sosialis dari kalangan pribumi untuk tampil
memimpin dan mengorganisasikan perjuangan rakyat, sebagai suatu hal yang sulit
dilakukan oleh kaum sosialis berkebangsaan Belanda. Hingga akhirnya Serikat
Islam terbukti menjadi tempat yang subur bagi pertumbuhan pemikiran sosialis di
kalangan pribumi, dan menjadikan gerakan berbasis massa yang diharapkan
Sneevliet mendapatkan sejarahnya di Indonesia.
Serikat Islam
sendiri pada awalnya merupakan organisasi para pedagang pribumi yang ingin
menghempang dominasi pedagang-pedagang dari timur asing dan eropa. Tidak ada
niat apapun untuk menghentikan pemerintahan kolonial Belanda selain hanya
meminta sedikit ruang hidup dalam perdagangan. Namun kepopulerannya lewat
simbol islam (yang menjadi salah satu identitas pribumi saat itu) membuat
penduduk pribumi yang berasal dari ‘kelas bawah’ sering menjadikannya simbol
perlawanan dan (karena pembukaan keanggotaan SI secara luas) akhirnya membuat
rakyat berkumpul didalamnya. Semaun, Darsono maupun Alimin (yang kemudian
menjadi kaum sosialis) pertama kali dilahirkan dari organisasi ini.
Sedangkan,
disaat pandangan-pandangan sosialis telah mengalir deras dan meraih kepopuleran
dalam tubuh SI khususnya cabang Semarang, dan setelah peristiwa revolusi Rusia
1917 yang tersiar ke pelosok dunia, tokoh-tokoh pergerakan Indonesia dari yang
berpandangan nasionalis sampai islam, dari Tjokroaminoto sampai Soekarno, mulai
ikut gandrung untuk mempelajari karya-karya Marx dan Engels, khususnya yang
berjudul DasCapital (Modal). Dan saat itu dapat dikatakan,
tidak ada pemimpin pergerakan yang menolak tujuan-tujuan sosialisme secara umum
(yang dianggap sebagai tujuan persamaan antara sesama manusia tanpa
penindasan).
Tokoh-tokoh Sosialisme :
1. Robert
Owen (1881 – 1858)
Pemikirannya
tentang sosialisme dituangkan dalam buku berjudul “A View of Society, an Essay
on the Formation of human Character”. Dalam bukunya tersebut, ia menyatakan
bahwa lingkungan sosial berpengaruh pada pembentukan karakter manusia. Ia
berusaha mencari caranya dengan meningkatkan kesejahteraan pekerjanya.
2. Karl
Heinrich Marx (1818 – 1883)
Ia menciptakan sosialisme yang didasarkan atas ilmu pengetahuan. Ia
mengembangkan sosialisme secara radikal. Karya Karl Marx yang terkenal adalah “Das Kapital” yang menyatakan bahwa sejarah manusia
adalah sejarah perjuangan kelas dan pemenang dari peperangan itu adalah kaum
proletar (kaum buruh). Sosialisme pada masa penjajahan banyak mendapat simpati
dari bangsa pribumi. Paham sosialisme semakin banyak berpengaruh setelah konsep
ini dijadikan sebagai salah satu senjata menghadapi kolonialisme dan
imperialisme. Di negaranegara Asia – Afrika, banyak pemimpin yang tertarik
dengan ajaran sosialisme.
3. St.
Simon (1760-1858)
Dia merupakan bapak
sosialisme. Dia adalah orang pertama yang menyerukan perlunya sarana-sarana
produksi agar dimiliki sepebuhnya oleh pemerintah.
4. Thomas Moore
Dia adalah seorang
sosialis Utopis. Menurutnya sosialisme merupakan reaksi dari kapitalisme.
Sosialisme hanya dapat mengambangkan dirinya di negara dengan tradisi liberal
yang sudah berkembang, sedangkan di negara yang tidak memiliki tradisi ini,
maka sosialisme akan berubah menjadi faisme.
f. Marxisme
Paham Marxisme
datang ke indonesia sebelum meletusnya Perang Dunia I. Paham Marxisme masuk ke
Indonesia dibawa oleh Sneevliet. Pada tahun 1931, H.J.F.F Sneevliet yang
merupakan bekas anggota Partai Buruh Sosial Demokrat tiba di Jawa sebagai
sekretaris serikat dagang perusahaan Belanda. Sneevliet adalah anggota Sociaal
Democraatische Arbeider Partij (SDAP) yang moderat, bukan Sociaal Democratische
Partij (SDP) yang lebih mengambil posisi Marxis yang datang ke Hindia Belanda
pada pertengahan Februaru 1913 hanya untuk mencari pekerjaan.
Kemudian, ia mendirikan ISDV. Ia mendirikan ISDV bersama dengan Bergsma,
Brandstander, dan H.W Dekker. Tujuan ISDV adalah
menyebarkan Marxisme. Untuk mencapai tujuannya tersebut, Sneevliet melakukan
pendekatan terhadap Sarekat Islam cabang Semarang yang pada waktu itu dipimpin
oleh Semaun dan Darsono.
Pada tanggal 24 Desember 1920, ISDV secara resmi
menjadi anggota Komunis Internasional dan pada tanggal 23 Mei 1923 berubah
menjadi Partai Komunis (PKH) (Muljana, 2008: 169). Akhirnya Sneevliet ditangkap
dan diusir dari Indonesia pada tahun 1920 karena telah mengadakan propaganda
Marxisme dikalangan angkatan Darat Kerajaan Belanda.
Perpecahan Sarekat Islam dan cikal bakal
terbentuknya PKI Dalam perkembangnnya, Semaun dan Darsono dapat
dipengaruhi sehingga mereka masuk menjadi anggota ISDV. Semaun dan Darsono
merangkap menjadi tiga keanggotaan, yaitu Sarekat Islam, ISDV, dan Insulinde.
Menurut Muljana (2008: 167) maksud pendekatan Sneevliet adalah untuk membuat
Sarekat Islam cabang Semarang khususnya sebagai peresmian paham Marxisme di
lingkungan terpelajar Islam.
Perpecahan Sarekat Islam sudah terlihat ketika
Sarekat Islam menyelenggarakan kongresnya yang kedua. Menurut Cahyono (2003: 5)
menyebutkan sebagai berikut.
Pasca Kongres, SI Semarang mulai mengadakan
aksi-aksi untuk memperjuangkan cita-citanya. Desember tahun itu juga SI
Semarang mengadakan rapat anggota dan menyerang ketidakberesan di tanah-tanah
partikulir. Juga kaum buruh diorganisasi supaya lebih militant dan mengadakan pemogokan
terhadap perusahaan-perusahaan yang sewenang-wenang. Korban pertama pemogokan
ini adalah sebuah perusahaan mebel yang memecat 15 orang buruhnya. Atas nama
SI, Semaoen dan Kadarisman memproklamasikan pemogokan dan menuntut 3 hal.
Pertama, pengurangan jam kerja dari 8,5 jam menjadi 8 jam. Kedua, selama mogok,
gaji dibayar penuh dan ketiga, setiap yang dipecat, diberi uang pesangon 3
bulan gaji.
Selanjutnya pada kongres Sarekat Islam ke tiga
pengaruh Semaoen semakin kuat. Dikatakannya bahwa pertentangan yang terjadi
bukan antara penjajah dan terjajah tetapi juga antara kapitalisme dengan buruh
(Suhartono, 2001: 36). Selanjutnya Sosrokardono mendirikan Sarekat Kerja.
Pada kongresnya kelima, menurut Muljana (2008: 128)
Semaun mengecam kebijaksanaan ketua Sentral Sarekat Islam, yang bersikap sangat
lunak terhadap pembentukan kapital nasional. Dalam kongres kelimanya juga
disepakati bahwa tidak boleh menjadi keanggotaan ganda. Mengenai hal tersebut,
Semaoen memilih untuk menjadi anggota ISDV. Pada kongres kelima inilah terjadi
perpecahan di dalam Sarekat Islam. “… Tahun 1921 golongan kiri dalam tubuh SI
dapat disingkirkan, yang kemudian menanamkan dirinya Sarekat Rakyat (SR)”
(Poesponegoro, 2010: 345).
Selanjutnya pada kongresnya yang ketujuh Sarekat
Islam diperoleh dua keputusan. Kongres mengambil keputusan (Muljana, 2008:
130): 1) mengubah nama Sarekat Islam menjadi Partai Sarekat Islam; 2)
memertahankan disiplin kepartaian. Sarekat Rakyat ini menjadi landasan
berdirinya Partai Komunis Indonesia. Menurut Suhartono (2001: 37) “… Sentral
Sarekat Islam diganti menjadi Partai Sarekat Islam (PSI) . . . Sarekat Rakyat
yang merupakan bangunan bawah Partai Komunis Indonesia (PKI)”.
Tokoh-tokoh Marxisme :
Korsch lebing condong kepada sesuatu yang humanis atau pemikiran bagaimana memperjuangkan martabat manusia. Karena itu banyak berbicara mengenai hak-hak manusia yang dalam sistem kapitalisme dieksploitir. Marx dalam hal ini memperjuangkan sistem yang mengeksploitir kaum buruh oleh kaum kapitalis. Munculnya alienasi ekonomi, sosial, dan agama merupakan bentuk dari eksploitasi tersebut.
Tetapi, untuk kedua tokoh terakhir, mereka lebih kepada paham neomarxisme.
1. Karl Heinrich Marx
(Trier, Jerman, 5 Mei 1818 – London, 14 Maret 1883)
(Trier, Jerman, 5 Mei 1818 – London, 14 Maret 1883)
Pemikiran
Marx tentang ide-ide sosialis, perjuangan masyarakat kelas bawah,
terutama disebabkan karena ia lahir di tengah pertumbuhan industri yang
berbasis kapitalis. Perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan buruh
dengan jam kerja yang sangat panjang setiap hari , yang sifatnya paten
dan dengan upah yang sangat minim. Upah yang sangat minim yang diperoleh
para buruh, bahkan hanya cukup membiayai makan sehari. Marx melihat
kelas sosial yang tercipta berdasarkan hubungan kerja yang terbangun
antara para pemilik modal dan buruh sangat bertentangan dengan prinsip
keadilan. Kelas sosial paling bawah yang terdiri atas kelompok buruh dan
budak, sering diistilahkan dengan kaum ploretar. Adanya kelas sosial
yang menciptakan hubungan yang tidak seimbang tersebut, membawanya pada
pemikiran ekstrem, penghapusan kelas sosial.
2. MAO ZEDONG
(……-1976)
(……-1976)
Mao
banyak berpikir tentang materialisme dialektik yang menjadi dasar
sosialisme dan penerapan gagasan-gagasan ini dalam praktek. Konsep
falsafi Mao yang terpenting adalah konflik. Menurutnya: “Konflik
bersifat semesta dan absolut, hal ini ada dalam proses perkembangan
semua barang dan merasuki semua proses dari mula sampai akhir”. Mao jadi
berpendapat bahwa semua konflik bersifat semesta dan absolut, jadi
dengan kata lain bersifat abadi. Konsep konflik Mao ini ada kemiripannya
dengan konsep falsafi yin-yang. Semuanya terdengar seperti sebuah dogma
kepercayaan. Di bawah ini disajikan sebuah cuplikan tentang
pemikirannya tentang konflik.
3. JURGEN HABERMAS
(1929 - Sekarang )
(1929 - Sekarang )
Jürgen
Habermas memberikan kontribusi besar untuk pengembangan konsep dan
teori komunikatif alasan atau rasionalitas komunikatif, yang membedakan
diri dari tradisi rasionalis dengan menempatkan rasionalitas dalam
struktur linguistik interpersonal komunikasi bukan dalam struktur baik
kosmos atau mengetahui subyek.. Ini teori sosial memajukan tujuan
emansipasi manusia, sambil menjaga inklusif universal moral kerangka.
Kerangka ini didasarkan pada argumen yang disebut pragmatik universal -
bahwa semua tindak wicara memiliki melekat telos (dalam bahasa Yunani
kata untuk "end") - tujuan dari saling pengertian, dan bahwa manusia
memiliki kompetensi komunikasi untuk membawa pemahaman seperti itu.
4. KARL KORSCH
( 1886 - 1961)
( 1886 - 1961)
Korsch lebing condong kepada sesuatu yang humanis atau pemikiran bagaimana memperjuangkan martabat manusia. Karena itu banyak berbicara mengenai hak-hak manusia yang dalam sistem kapitalisme dieksploitir. Marx dalam hal ini memperjuangkan sistem yang mengeksploitir kaum buruh oleh kaum kapitalis. Munculnya alienasi ekonomi, sosial, dan agama merupakan bentuk dari eksploitasi tersebut.
Tetapi, untuk kedua tokoh terakhir, mereka lebih kepada paham neomarxisme.
g.
Pan Islamisme
Hmmm.., kita telah
membahas cukup banyak ideologi-ideologi yang masuk ke Indonesia. Pada sesi ini
ideologi terakhir yang akan dibahas adalah Pan Islamisme. Apa itu Pan Islamisme
? Menurut Jamaluddin, Pan Islamisme adalah suatu pembaharuan dan kebangkita dari
dunia islam sendiri. Istilah Pan Islamisme berawal dari dunia barat. Jadi, Pan
Islamisme adalah suat gagasan untuk menyatukan dunia Arab dan dunia Islam untuk
melawan kolonialisme Barat yang telah menduduki Dunia Islam dan negara-negara
berkembang.
Di Indonesia, hampir berbarengan dengan Gerakan Pan Islam berdiri
perkumpulan Jamiatul Kheir di Pekojan, Batavia, pada 1901 sebagai organiasi
sosial yang membawa semangat tolong menolong. Jamiatul Kheir dibentuk dengan
tujuan utama mendirikan satu model sekolah modern yang terbuka luas untuk umat
Islam. Perkumpulan ini lebih menitikberatkan pada semangat pembaruan melalui
lembaga pendidikan modern.
Pramudya Ananta Toer dalam bukunya, Rumah Kaca, menyebut Jamiatul Kheir
yang didirikan sejak 1901 merupakan organisasi politik yang bergerak di bidang
sosial kemasyarakatan yang telah menginspirasi lahirnya Boedi Oetomo.Jamiat
Kheir membangun sekolah bukan semata-mata bersifat agama, tapi sekolah dasar
biasa dengan kurikulum agama, berhitung,sejarah, ilmu bumi dan bahasa pengantar
Melayu. Bahasa Inggris merupakan pelajaran wajib, pengganti bahasa
Belanda.Sedangkan pelajaran bahsa Arab sangat ditekankan sebagai alat untuk
memahami sumber-sumber Islam.(Rahmat.M.I,
2005:24). Keberadaan
Jamiatul Kheir yang kemudian disusul dengan Al-Irsyad, setidak-tidaknya sebagai
penggerak dunia Islam baru yang pertama kali di Indonesia. Deliar Noer menulis,
pentingnya Jamiat Kheir terletak pada kenyataan bahwa ialah yang memulai
organiasi dalam bentuk modern dalam masyarakat Islam (dengan anggaran dasar,
daftar anggota tercatat,rapat-rapat berkala), dan yang mendirikan sekolah
dengan cara-cara yang banyak sedikitnya telah modern (kurikulum,kelas-kelas,
dan pemakaian bangku-bangku,papan tulis dan sebagainya).Menurut H.Agus Salim
banyak anggota Budi Utomo dan Sarikat Islam sebelumnya adalah anggota Jamiatul
Khair.
Dalam kaitan dengan gerakan kemerdekaan,pada 4 Oktober 1934, pemuda
keturunan Arab se Nusantara berkongres di Semarang, dipelopori oleh AR
Baswedan, mengumandangkan Sumpah Pemuda Keturunan Arab: Indonesia adalah tanah
airnya, bersumpah untuk turun kelas dari bangsa Timur asing menjadi pribumi.
Kongres itu juga membentuk Persatuan Arab Indonesia (PAI), yang bertujuan
meraih kemerdekaan Indonesia. Ketika Indonesia merdeka, PAI membubarkan diri
karena tujuannya telah tercapai. Seperti anak-anak bangsa lainnya mereka lalu
menyebar dan aktif dalam berbagai bidang di masyarakat.
Organisasi Islam yang bergerak dengan semangat pembaruan adalah
Muhammadyah yang berdiri pada tanggal 18 November 1912 dengan Pemimpinnya Kyai
Ahmad Dahlan. Gerakan pembaharuan Muhammadyah memang seringkali dihubungkan
dengan Gerakan islam di timur tengah, baik Muhammad Ibn Abdul Wahab yang
kemudian dikenal dengan isltilah Wahabi. Tetapi ahmad dahlan tidak berhenti
disitu, tetapi juga mempelajari karya Jamaluddin Al Afghani, Muhammad Abdu dan
Rasyid Ridha malah pengaruh terbesar yang dirasakan ahmad Dahlan adalah dari
Muhammad Abdu dan Rasyid Ridha. Sehingga gerakannya lebih bersifat apolitis dan
sufisme yang mendasarkan reformasi Islam abad ke-20.(Qodir, 2010:48)
Hal yang paling berkesan dalam diri Ahmad Dahlan adalah ketika beliau
bertemu secara langsung dengan Rasyid Ridha ketika pergi ke Mekkah untuk
mendalami ilmu agama pada tahun 1902. Tafsir Al-Manar adalah
tulisan Rasyid Ridha yang pernah dipelajari oleh Ahmad Dahlan.
Pengaruh Jamaluddin al-Afghani terhadap Ahmad Dahlan adalah
langkah-langkah kembali pada pemahaman Islam yang benar dan menghilangkan
taqlid, bid’ah, dan khurafat, mensucikan hati dengan mengembangkan akhlak
al-karimah, dan mengembangkan musyawarah dengan berbagai kelompok dalam
masyarakat. Begitupun dengan persatuan umat islam yang digagas Jamaluddin
al-Afghani dengan Pan Islamismenya, karena menurut Jamaluddin sumber kelemahan
dunia Islam adalah lemahnya solidaritas umat islam itu sendiri.oleh karena itu
ia menekankan pentingnya dunia Islam bersatu padu melawan kekuatan asing dalam
wadah Pan Islamisme.(Karimi, 2012:62)
Gerakan Islam radikal juga pernah terjadi di Indonesia paska kemerdekaan
yakni gerakan Darul Islam(DI) yang dipimpin RM Kartosoewirjo. Gerakan ini tidak
hanya menggagas dan menyebarakan Pan Islamisme, Persaudaraan muslim namun
mendirikan Negara Islam. Akibat kurangnya dukungan dari mayoritas muslim di
Indonesia, gerakan DI ini dicap sebagai pemberotak dan dapat ditumpas pada
tahun 1962(INSEP, 2011)
Tokoh-tokoh
Pan Islamisme :
Tokoh utama Pan Islamisme adalah Al-Afghani yang memiliki murid yang kemudian
menggerakkan semangan Pan Islamismenya adalah Muhammad Abduh, sedang Muhammad
Abduh adalah guru Ridha. Pemikiran ketiganya yaitu berupaya menempatkan Islam
sebagai respons alamiah terhadap kemajuan barat yang mau tak mau kelak harus
dicontoh Dunia Arab. Mereka secara sadar menempatkan bahwa prinsip-prinsip
dalam Islam sendiri, tidak bertentangan dengan prinsip kemajuan peradaban
barat.
Gagasan-gagasan al-Afghani tentang islam membuat dirinya dikenal sebagai
tokoh pembaharu. Ia melihat kemunduran umat Islam bukan karena Islam tidak
sesuai dengan perubahan zaman, melainkan disebabkan umat islam telah
dipengaruhi oleh sifat statis,fatalis,meninggalkan akhlak yang tinggi, dan
melupakan ilmu pengetahuan. Intinya, umat Islam menurut beliau telah meninggalkan
ajaran Islam yang sebenarnya. Islam menghendaki umatnya yang dinamis, mencintai
ilmu pengetahuan, dan tidak fatalis. Sifat statis membuat umat Islam tidak
berkembang dan hanya mengikuti apa yang telah menjadi ijtihad ulama sebelum
mereka. Mereka tidak berbuat dan menggantungkan harapan kepada nasib.
Kesalahan
umat Islam dalam memahami qadha dan qadar menurut
al-Afghani, menjadi factor yang ikut memundurkan umat Islam. Kesalahpahaman
tersebut membuat umat Islam tidak berusaha dengan sungguh-sungguh. Jamaluddin
menyebutkan, qadha dan qadar mengandung
pengertian bahwa segala sesuatu terjadi menurut sebab musabab(kausalitas).
Lemahnya pendidikan dan kekurangan pengetahuan uman tentang dasar-dasar ajaran
agama, lemahnya persaudaraan, perpecahan umat Islam yang diikuti pemerintahan
yang absolute, mempercayakan kepemimpinan kepada yang tidak dipercaya, dan
kuarangnya pertahanan militer, merupakan factor-faktor yang membuat kemunduran
umat Islam. Faktor-faktor ini menjdikan umat islam statis, fatalis, dan
Mundur.(Muhammad. 2006:215)
Muhammad Abduh juga memiliki tujuan yang serupa yaitu menunjukkan
mengandung pada dirinya kualitas agama rasional. Akan tetapi berbedan dengan
gurunya yang revolusioner dan menempuh pendekatan politik, Abduh yang seorang moderat
dan lebih banyak memusatkan perhatian pada bidang pendidikan daripada kegiatan
politis. Ia mencoba menanggapi tantangan-tantangan dunia modern dengan
menunjukkan kesesuaian Islam untuk melakuakan intepretasi baru terhadap
Al-quran dan As-Sunnah khususnya tentang persoalan kemasyarakatan yang
digariskan oleh Allah pada prinsip-pronsip umum tanpa perincian (Romli. 33-34).
Bahkan
Muhammad Rasyid Ridha berpendapat bahwa penyebab kemunduran muslim
adalah karena mereka telah kehilangan kebenaran sejati agamanya. Menurutnya,
ajaran Islam yang murni itulah yang akan membawa kemajuan bagi umat Islam. Ia
juga memandang bahwa salah satu penyebab kemunduran umat adalah adanya sikap
atau paham, fatalisme (‘aqidatul-jabbar) di kalangan umat.
Pengembaraan politiknya yang sangat padat dan
beragam, sejak di Afganistan, India hingga Mesir yang berada dalam cengkraman
penjajahan Inggris, sebagaiman diuraikan di atas, telah mengantarkan Al Afghani
memfokuskan ide-ide pembaharuannya pada ide Pan Islamisme (Kesatuan Islam/Jama’ah
Islamiyah). Ia berpendapat bahwa Barat adalah musuh umat Islam, oleh
karena itu, salah satu jalan agar umat Islam bangkit dari keterpurukannya
adalah dengan bersatu padu melawannya.
Sumber :
MAKASIH BANYAK KAK!! SANGAT BERMANFAAT (sengaja capslock saking semangatnya..)
BalasHapusKeren kak, makasih banyak ilmunya !
BalasHapus