Latest News

Senin, 16 Mei 2016

PAHAM PAHAM DARI EROPA YANG MASUK KE INDONESIA



PAHAM-PAHAM DARI EROPA YANG MASUK KE INDONESIA
Pada masa penjajahan, banyak bermunculan paham-paham atau ideologi baru di dunia Barat, atau Eropa. Dengan kondisi huungan antar negara pada masa itu, yang memungkinkannya paham-paham tersebut menyebar ke berbagai wilayah, mengakibatkan Indonesia juga kecipratan pengaruh dari munculnya paham-paham tersebut. Sehingga, paham-paham tersebut mulai masuk ke Indonesia dan berkembang. Namun, tidak semua paham sesuai dengan nilai adat istiadat dan kebiasaan masyarakat Indonesia. Sehingga, ada paham-paham yang diterima dengan baik, namun ada juga yang tidak. Namun, dengan pemikiran manusia yang begitu beragam, setiap paham tentu saja memiliki penggemar tersendiri yang tak sedikit jumlahnya. Paham-paham tersebut tentunya tidak muncul secara tiba-tiba di dunia. Namun, pasti ada orang-orang yang merupakan penggagas awal paham tersebut. Nah, pada pembahasan kali ini, akan dijelaskan bagaimana paham-paham tersebut masuk ke Indonesia, siapa saja penggagas paham tersebut, dan siapa yang membawanya ke Indonesia ? Yuk, simak penjelasan di bawah ini.... semoga bermanfaat....
a.       Komunisme
Mendengar kata komunis, pasti telinga kita sudah tak asing lagi. Siapa sih yang tak kenal dengan PKI ? Partai besar yang pernah berjaya di Indonesia, namun berakhir dengan nasib yang sangat malang. Apalagi peristiwa G 30 S PKI yang terkenal mengerikan namun hingga saat ini tak jelas hitam putihnya. Nah, bagaimana sehingga komunis dapat masuk ke Indonesia ?
Jadi, tahun 1920-an adalah kelanjutan fase awal dominasi komunisme di negara Indonesia yang ditandai dengan lahirnya PKI. Dengan tokoh komunis nasional seperti Tan Malaka.
Lahirnya Komunisme di Indonesia tak lepas dari hadirnya orang-orang buangan politik dari Belanda dan mahasiswa-mahasiswa lulusannya yang beraliran kiri. Beberapa di antara mereka adalah Seevliet, Bregsma, dan Tan Malaka yang masuk setelah Sarekat Islam (SI) Semarang terbentuk.
Gerakan Komunis di Indonesa berawal di Surabaya pada diskusi intern para pekerja buruh kereta api Surabaya yang dkenal dengan nama VSTP. Pada awalnya VSTP hanya beranggotakan orang Eropa dan Indo Eropa saja. Namun, seiring dengan berkembangnya waktu, kaum pribumi mulai anyak yang bergabung. Salah satunya adalah Semaoen yang kemudian menjadi ketua SI Semarang.
Komunisme juga aktif di Semarang yang sering disebut “Kota Merah” setelah PKI menjadi basis di daerah tersebut pada era itu. Hadirnya ISDV dan masuknya pribumi berhaluan kiri ke dalam Sarekat Islam membuat komunis menjadi bagian cabangnya, yang nantinya disebut “SI Merah”. Kemudian ISDV menadi salah satu organisasi yang bertanggung jawab atas banyaknya pemogokan buruh di Jawa.
Konflik antara SI Semarang (SI Merah) dengan SI pusat di Yogyakarta (SI Putih) mendorong diselenggarakannya kongres. Atas usulan Haji Agus Salim, yang disahkan oleh pusat SI, baik SI Merah maupun SI Putih menyepakati bahwa personel SI Merah keluar dari SI. Mantan personel SI Merah kemudian bersama ISDV berganti nama menjadi PKI.
Kehancuran PKI fase awal bermula dengan adanya Persetujuan Prambanan yang memutuskan akan ada pemberontakan besar-besaran di seluruh Hindia-BelandaTan Malaka yang tidak setuju karena Komunisme di Indonesia kurang kuat mencoba menghentikan, namun para tokoh PKI lainnya tidak menggubris usulan tersebut, kecuali mereka yang ada di pihak Tan Malaka. Pemberontakan terjadi pada tahun 1926-1927 yang berakhir dengan kekalahan PKI. Para tokoh PKI menyalahkan Tan Malaka atas kegagalan tersebut, karena telah mencoba menghentikan pemberontakan dan memengaruhi cabang-cabang PKI.
Era Perang Kemerdekaan, PKI bangkit kembali dengan kedatangan misterius Muso dari Uni Soviet ke Indonesia yang saat itu masih beribu kota di Yogyakarta. Muso berpidato di Yogyakarta dengan pandangan yang murni Komunisme. DI Yogyakarta, ia juga mendidik calon-calon pemimpin PKI seperti D.N Aidit.
Lalu, Muso bergerak ke Madiun, dan dikabarkan mendirikan negara berhaluan komunis yang didukung salas satu menteri Soekarno, Amir Syarifuddin. Pemberontakan ini diakhiri dengan penumpasan oleh Divisi Siliwangi.
Begitulah awal masuknya PKI ke Indonesia. Lalu, ada masa-masa saat mereka didukung oleh Soekarno sehingga menjadi kekuatan baru di politik Indonesia dan menimbulkan ketegangan-ketegangan di kalangan masyarakat. Sejak Dekrit Presiden pda 5 Juli 1959, politik Indonesia lebih condong ke Blok Timur dan banyak melakukan kerjasama dengan negara-negara komunis.
Di sisi lain, konflik dalam negeri semakin memanas dikarenakan krisis moneter, selain itu juga terdengar desas-desus bahwa PKI dan militer yang bermusuhan akan melakukan kudeta. Militer mencurigai PKI karena mengusulkan Angkatan Kelima (setelah AURI, ALRI, ADRI dan Kepolisian), sementara PKI mencurigai TNI hendak melakukan kudeta atas Presiden Soekarno yang sedang sakit, tepat saat ulang tahun TNI. Kecurigaan satu dengan yang lain tersebut kemudian dipercaya menjadi sebab insiden yang dikenal sebagai Gerakan 30 September, namun beberapa ilmuwan menduga, bahwa ini sebenarnya hanyalah konflik intern militer waktu itu.
Pasca Gerakan 30 September, terjadi pengambinghitaman kepada orang-orang komunis oleh pemerintah Orde Baru. Terjadi "pembersihan" besar-besaran atas warga dan anggota keluarga yang dituduh komunis meskipun belum tentu kebenarannya. Diperkirakan antara limaratus ribu sampai duajuta jiwa meninggal di Jawa dan Bali setelah peristiwa Gerakan 30 September, para "tertuduh komunis" ini yang ditangkap kebanyakan dieksekusi tanpa proses pengadilan. Sementara bagi "para tertuduh komunis" yang tetap hidup, setelah selesai masa hukuman, baik di Pulau Buru atau di penjara, tetap diawasi dan dibatasi ruang geraknya dengan penamaan Eks Tapol.
Sejak presiden Soeharto jatuh, aktivitas kelompok-kelompok komunis, marxis, dan haluan kriri lainnya, aktif kembali di lapangan politik Indonesia walaupun secara hukum masih dilarag oleh pemerintahan Indonesia.
                Tokoh-tokoh Komunisme :  
                 a)      Vladimir Lenin
Nama aslinya adalah Vladimir Ilyich Ulyanov. Nama Lenin diambil dari nama sungai, yaitu Sungai Lena. Merupakan tokoh revolusioner komunis di Rusia dan pemimpin partai Bolshevik


b)      Mao Zedong


Lahir di Shaoshan, Hunan, 26 Desember 1893 dan  meninggal di Beijing, 9 September 1976. Pada umur 82 tahun, Mao Zedong adalah seorang tokoh filsuf dan pendiri Negara Republik Rakyat China.


c)      Kim Il Sung


Seorang tokoh politikus komunis dari Korea Utara. Menurut konstitusi Korea Utara, Kim Il Sung adalah presiden abadi Korea Utara. Hari ulang tahunnya dijadikan hari libur di Korea Utara.
b.      Demokrasi
Yeeeyy..., demokrasi ! Siapa yang tak kenal demokrasi ? Demokrasi merupakan ideologi yang dianut oleh NKRI. Yang dimodifikasi menjadi demokrasi pancasila. Hmm..., kenapa ya negara kita bisa menjadi negara demokrasi ?
Jadi, demokrasi telah menjadi ideologi Indonesia sejak tahun 1945, dengan Demokrasi Parlementer (1945-1959) walaupun dengan kondisi politik yang tidak stabil. Lalu dilanjutkan dengan Demokrasi Terpimpin yang dipimpi oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Walaupun pelaksanaannya lebih terpusat pada otoriter seorang presiden. Ditandai dengan pembetukan kepemimpinan yang inkonstitusional dengan keluarnya TAP MPR No. III/MPR/1963 tentang pengangkatan Ir. Soekarno sebagai presiden seumur hidup dan membatalkan masa jabatan Presiden 5 tahun dalam UUD 1945. Sementara untuk pers yang dianggap menyimpang dari “rel revolusi” ditiadakan dan dibredel. Saat itu, demokrasi tertpimpin dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Terihat dari ungkapan Bung Karno ketuka memberikan amanat kepada konstituante pada 22 April 1959 tentang pokok-pokok Demokrasi Terpimpin. Kemudian, Demokrasi Terpimpin diganti dengan Demokrasi masa Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto. Namun, pada saat itu stabilitas keamanan sangat dijaga sehingga terjadi pemasungan kebebasan berbicara yang bertolak belakang dengan ideologi Demokrasi itu sendiri. Setelah itu, muncullah Demokrasi pada masa Reformasi.
                Tokoh-tokoh Demokrasi :
c.       Nasionalisme
Mendengar Nasionalisme, identik dengan rasa cinta terhadap negerinya sendiri. Jadi, Nasionalisme adalah suatu paham rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air yang berasal dari persamaan tradisi yang berkaitan dengan sejarah, agama, bahasa, kebudayaan, pemerintahan, dan tempat tinggal dan keinginan untuk mempertahankan dan mengembangkan tradisinya sebagai milik bersama dari anggota bangsa itu sebagai kesatuan bangsa. Lalu, bagaimana Nasionalisme dapat muncul ?
a.       Magna Charta (1215) di Inggris yang kemudian menjadi akar demokrasi.
b.      Adanya Piagam Bill of Right (1689) di Inggris.
c.       Revolusi Prancis yang menumbuhkan demokrasi dan nasionalisme yang tercermin dalam semboyan revolusi liberte, egalite, fraternite yang berkembang ke seluruh Eropa.
d.      Pengaruh pemikiran dari Renaissance.
Kemudian, Nasionalisme pun masuk ke Indonesia dan menjadi ideologi yang berkembang di Indonesia.
                Tokoh-tokoh Nasionalisme :
                                Siapakah pencetus Nasionalisme ? Mereka adalah Joseph Ernest Renan, Otto Bouer, Hans Kohn, dan Louis Sneyder. Hans Kohn berpendapat bahwa nasionalisme adalah kesetiaan tertinggi individu yang diserahkan kepada bangsa dan negaranya. Kemudian Herts dalam bukunya yang berjudul Nationality in History and Policy mengatakan bahwa prinsip-prinsip nasionalisme adalah hasrat untuk mencapai kesatuan, kemerdekaan, keaslian, dan kehormatan.
d.      Liberalisme
Kebanyakan orang cinta akan kebebasan. Kadang, kebebasan mendatangkan kebahagiaan. Namun, ternyata kebebasan tidak hanya sekedar masalah kebahagiaan atau kepuasan individu semata yang tidak memiliki pengaruh dalam kehidupan bernegara. Ternyata, dengan dasar kebebasan, hal tersebut dapat menjadi sebuah dasar ide sebuah paham atau ideologi besar yang banyak digunakan oleh negara-negara di dunia. Walaupun Indonesia adalah negara Demokrasi, bukan hal yang aneh jika Liberalisme pun masuk dan berpengaaruh di Indonesia karena dunia sangatlah terbuka.
Sekularisme yang merupakan akar liberalisme masuk secara paksa ke Indonesia melalui proses penjajahan, khususnya oleh pemerintah Hindia Belanda. Prinsip negara sekular telah termaktub dalam Undang Undang Dasar Negara Belanda tahun 1855 ayat 119 yang menyatakan bahwa pemerintah bersikap netral terhadap agama, artinya tidak memihak salah satu agama atau mencampuri urusan agama.
Prinsip sekular dapat kita telusuri melalui rekomendasi Snouck Hurgonje kepada pemerintah kolonial untuk melakukan Islam Politik yaitu kebijakan pemerintah kolonial dalam menangani masalah Islam di Indonesia. Kebijakan ini menindas Islam dalam hal politik. Inti Islam Politiek adalah :
a.       Dalam bidang ibadah murni, pemerintah hendaknya emberi kebebasan, sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda
b.      Dalam bidang kemasyarakatan, pemerintah hendaknya memanfaatkan adat kebiasaan masyarakat agar rakyat mendekati Belanda
c.       Dalam bidang politik atau kenegaraan, pemerintah harus mencegah setiap upaya yang akan membawa rakyat pada fanatisme dan ide Pan Islam
Hal yang semakin memperkuat pengaruh Liberalisme di Indonesia adalah Politik Etis yang dijlankan oleh pemerintah Belanda di awal abad XX. Salah satu kebijakannya disebut dengan unifikasi, upaya mengikat negeri jajahan dengan penjajahnya dengan menyampaikan kebudayaan Barat kepada orang Indonesia. Pendidikan seperti yang disarankan Snouck Hurgronje ternyata menjadi cara yang manjur dalam proses unifikasi agar orang Indonesia dan penjajah memiliki kesamaan persepsi dala aspek sosial dan politik meskipun berbeda agama.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia seharusnya dapat menghapus cengkraman Liberalisme. Namun, hal tersebut tidak terjadi. Revolusi kemerdekaan Indonesia hanya mengganti rezim penguasa bukan mengganti siste atau ideologi penjajah. Pemerintahannya memang berganti, namun ideologi tetap sekular. Revolusi tersebut mirip dengan Revolusi Amerika di tahun 1776. Ketika Amerika memproklamirkan kemerdekaannya dari kolonialisasi Inggris, lantas merdeka secara politik dari Inggris walaupun mereka sama-sama sekular.
Indonesia mulai salah arah ketika saat-saat menjelng prokamasi, dimana kelompok sekular Soekarno, Hatta, Ahmad Soebarjo, dan M. Yamin telah memenangan kompetisi melawan kelompok Islam dengan tokoh Abdul Kahar Muzakkir, H Agus Salim, Abd. Wahid Hasyim, dan Abikusno Cokrosuyoso.
Sekularisme tumbuh subur di Indonesia dalam hal politik, ekonomi, maupun agama. Dalam bidang ekonomi, liberaisme terwujud dalam bentuk kapitalisme dalam organisasi ekonomi dilihat dari adanya kepemilikan pribadi, perekonomian pasar, peraingan, dan motif mencari keuntungan. Dalam hal politik, liberalisme terlihat dala sistem demokrasi liberal yang mengagungkan kebebasan individu dalam beragama. Dan dalam kehidupan yang lain, budaya barat yang condong ke arah liberal telah mulai merasuki bangsa. Sebagai contohnya, kini kita sudah sering mendengar istilah Islam Liberal.
                Tokoh-tokoh Liberalisme : 
                 a)      John Locke

Menurut John Locke , negara adalah sesuatu yang terbentuk dari perjanjiann sosial antara individu yang hidup bebas dengan para penguasa.

b)      Montesquieu

Tokoh ini terkenal dengan pembagian 3 kekuasaan pemerintahan, legislatif, yudikatif, dan eksekutif.

c)      David Hume 
               Mengatakan bahwa semua pengetahuan dimulai dari pengalaman indera sebagai dasar kesan berbasis pengetahuan. 
e. Sosialisme
                        Mengapa Sosialisme dapat masuk ke Indonesia  ? Tak lain karena sebuah organisasi kaum sosialis yang dibentuk pada tahun 1914, ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereeniging atau Persatuan Sosial Deokrat Hindia Belanda). Organisasi ini pada awalnya merupakan kumpulan dari kaum sosialis Belanda yang bekerja di Hindia-Belanda, dan dibentuk atas kegelisahan seorang sosialis Belanda yang berhadapan dengan kondisi-kondisi sosial-politik Hindia Belanda saat itu. Sneevliet namanya. Atau lengkapnya Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet. Kedatangannya ke Hindia Belanda tahun 1913 dan berkerja di Soerjabajaasch Handelsblad (sebuah surat kabar di Surabaya) telah membawanya menjadi tonggak awal dari kemunculan ide-ide Sosialisme di Indonesia. Namun sebelum memulainya, Sneevliet harus bertemu terlebih dahulu dengan sebuah perdebatan awal didalam ISDV tentang tugas kaum sosialis Belanda di Hindia-Belanda (Indonesia).
                                Ketika itu, ISDV sangat mengetahui bahwa penjajahan Belanda di Indonesia dalam bentuk kolonialisme merupakan bagian langsung cara mempertahankan Kaitalisme di Eropa dan Amerika. Namun, mereka masih berbeda pandangan tentang apakah sudah saatnya untuk mempropagandakan ide-ide sosialisme dan mendorong kemerdekaan pada masyarakat Hindia Belanda. Pihak yang lebih moderat (yang di kemudian hari berpecah dengan ISDV) lebih menekankan pada tugas-tugas kajian bagi kepentingan fraksi SDAP (Partai Sosial Demokrat Belanda) di parlemen Belanda. Sneevliet akhirnya harus berkompromi, dimana selain mempropagandakan ide-ide sosialisme dan kajian-kajian bagi kepentingan SDAP, ISDV disepakati hanya berurusan dengan politik sebatas apa yang tidak dilarang oleh peraturan kolonial.
Namun demikian, dalam deklarasi prinsip nya ISDV telah memasukkan prinsip “perjuangan kelas” dan makna kemerdekaan dalam tujuan organisasinya, berbeda dari organisasi-organisasi pergerakan sebelumnya yang lebih menekankan segi kebangsaan (seperti Boedi Oetomo atau Indische Partij) atau keagamaan (seperti Serikat Islam):
“persatuan sosial demokrat Hindia Belanda memiliki tujuan bagi pengorganisasian pendudukan Hindia, terutamakaum proletar dan kaum petani tanpa memandang ras dan agama, untuk membentuk suatu partai politik independen yang akan memimpin perjuangan kelas melawan penguasa kelas kapitalis asing di tanah air, dengan demikian melakukan satu-satunya perjuangan yang mungkin mencapai pembebasan nasional. Gerakan ini memberikan segala dukungan yang mungkin pada setiap gerakan ekonomi dan politik rakyat sejauh gerakan itu memperkuat kedudukan pendudukan melawan kelas penguasa” [huruf tebal dari penulis]
ISDV kemudian mulai mengeluarkan pandangan-pandangan sosialisnya dalam terbitan “Het Vrije Woord“ (Suara Kemerdekaan) pada tahun 1915. Walau masih menggunakan bahasa Belanda, tulisan-tulisan dalam terbitan ini ternyata ikut mempopulerkan ISDV dan gagasan Sosialisme di kalangan pemimpin pergerakan rakyat Hindia Belanda ketika itu. Pada 1917 ISDV meluaskan pandangannya dengan penerbitan berbahasa Melayu/Indonesia, “Soeara Merdeka”.
Namun terbitan yang cukup menuai popularitas itu ternyata terasa masih kurang disaat ISDV belum berhasil melahirkan sebuah gerakan berbasis massa yang menjadi syarat dari kemerdekaan rakyat. Saat itu faksi Snevliet yang lebih menekankan sisi agitasi-propaganda dan aksi di ISDV memulai propagandanya menentang pemerintah (salah satunya dalam menentang kriminalisasi terhadap jurnalis Indonesia – Marco Kartodikromo – dan menolak rencana milisi bumi putera menghadapi Perang Dunia I). Faksi Sneevliet juga mulai mempengaruhi organisasi-organisasi massa besar seperti insulinde dan Serikat Islam. Usaha ini dilakukan karena ISDV membutuhkan pengikut sosialis dari kalangan pribumi untuk tampil memimpin dan mengorganisasikan perjuangan rakyat, sebagai suatu hal yang sulit dilakukan oleh kaum sosialis berkebangsaan Belanda. Hingga akhirnya Serikat Islam terbukti menjadi tempat yang subur bagi pertumbuhan pemikiran sosialis di kalangan pribumi, dan menjadikan gerakan berbasis massa yang diharapkan Sneevliet mendapatkan sejarahnya di Indonesia.
Serikat Islam sendiri pada awalnya merupakan organisasi para pedagang pribumi yang ingin menghempang dominasi pedagang-pedagang dari timur asing dan eropa. Tidak ada niat apapun untuk menghentikan pemerintahan kolonial Belanda selain hanya meminta sedikit ruang hidup dalam perdagangan. Namun kepopulerannya lewat simbol islam (yang menjadi salah satu identitas pribumi saat itu) membuat penduduk pribumi yang berasal dari ‘kelas bawah’ sering menjadikannya simbol perlawanan dan (karena pembukaan keanggotaan SI secara luas) akhirnya membuat rakyat berkumpul didalamnya. Semaun, Darsono maupun Alimin (yang kemudian menjadi kaum sosialis) pertama kali dilahirkan dari organisasi ini.
Sedangkan, disaat pandangan-pandangan sosialis telah mengalir deras dan meraih kepopuleran dalam tubuh SI khususnya cabang Semarang, dan setelah peristiwa revolusi Rusia 1917 yang tersiar ke pelosok dunia, tokoh-tokoh pergerakan Indonesia dari yang berpandangan nasionalis sampai islam, dari Tjokroaminoto sampai Soekarno, mulai ikut gandrung untuk mempelajari karya-karya Marx dan Engels, khususnya yang berjudul DasCapital (Modal). Dan saat itu dapat dikatakan, tidak ada pemimpin pergerakan yang menolak tujuan-tujuan sosialisme secara umum (yang dianggap sebagai tujuan persamaan antara sesama manusia tanpa penindasan).
Tokoh-tokoh Sosialisme :
1.      Robert Owen (1881 – 1858)
Pemikirannya tentang sosialisme dituangkan dalam buku berjudul “A View of Society, an Essay on the Formation of human Character”. Dalam bukunya tersebut, ia menyatakan bahwa lingkungan sosial berpengaruh pada pembentukan karakter manusia. Ia berusaha mencari caranya dengan meningkatkan kesejahteraan pekerjanya.
2.      Karl Heinrich Marx (1818 – 1883)
Ia menciptakan sosialisme yang didasarkan atas ilmu pengetahuan. Ia mengembangkan sosialisme secara radikal. Karya Karl Marx yang terkenal adalah “Das Kapital” yang menyatakan bahwa sejarah manusia adalah sejarah perjuangan kelas dan pemenang dari peperangan itu adalah kaum proletar (kaum buruh). Sosialisme pada masa penjajahan banyak mendapat simpati dari bangsa pribumi. Paham sosialisme semakin banyak berpengaruh setelah konsep ini dijadikan sebagai salah satu senjata menghadapi kolonialisme dan imperialisme. Di negaranegara Asia – Afrika, banyak pemimpin yang tertarik dengan ajaran sosialisme.

3.      St. Simon (1760-1858)
Dia merupakan bapak sosialisme. Dia adalah orang pertama yang menyerukan perlunya sarana-sarana produksi agar dimiliki sepebuhnya oleh pemerintah.
4.      Thomas Moore       
Dia adalah seorang sosialis Utopis. Menurutnya sosialisme merupakan reaksi dari kapitalisme. Sosialisme hanya dapat mengambangkan dirinya di negara dengan tradisi liberal yang sudah berkembang, sedangkan di negara yang tidak memiliki tradisi ini, maka sosialisme akan berubah menjadi faisme.
f.  Marxisme
                                Paham Marxisme datang ke indonesia sebelum meletusnya Perang Dunia I. Paham Marxisme masuk ke Indonesia dibawa oleh Sneevliet. Pada tahun 1931, H.J.F.F Sneevliet yang merupakan bekas anggota Partai Buruh Sosial Demokrat tiba di Jawa sebagai sekretaris serikat dagang perusahaan Belanda. Sneevliet adalah anggota Sociaal Democraatische Arbeider Partij (SDAP) yang moderat, bukan Sociaal Democratische Partij (SDP) yang lebih mengambil posisi Marxis yang datang ke Hindia Belanda pada pertengahan Februaru 1913 hanya untuk mencari pekerjaan.
Kemudian, ia mendirikan ISDV. Ia mendirikan ISDV bersama dengan Bergsma, Brandstander, dan H.W Dekker. Tujuan ISDV adalah menyebarkan Marxisme. Untuk mencapai tujuannya tersebut, Sneevliet melakukan pendekatan terhadap Sarekat Islam cabang Semarang yang pada waktu itu dipimpin oleh Semaun dan Darsono.
Pada tanggal 24 Desember 1920, ISDV secara resmi menjadi anggota Komunis Internasional dan pada tanggal 23 Mei 1923 berubah menjadi Partai Komunis (PKH) (Muljana, 2008: 169). Akhirnya Sneevliet ditangkap dan diusir dari Indonesia pada tahun 1920 karena telah mengadakan propaganda Marxisme dikalangan angkatan Darat Kerajaan Belanda.
Perpecahan Sarekat Islam dan cikal bakal terbentuknya PKI Dalam perkembangnnya, Semaun dan Darsono dapat dipengaruhi sehingga mereka masuk menjadi anggota ISDV. Semaun dan Darsono merangkap menjadi tiga keanggotaan, yaitu Sarekat Islam, ISDV, dan Insulinde. Menurut Muljana (2008: 167) maksud pendekatan Sneevliet adalah untuk membuat Sarekat Islam cabang Semarang khususnya sebagai peresmian paham Marxisme di lingkungan terpelajar Islam.
Perpecahan Sarekat Islam sudah terlihat ketika Sarekat Islam menyelenggarakan kongresnya yang kedua. Menurut Cahyono (2003: 5) menyebutkan sebagai berikut.
Pasca Kongres, SI Semarang mulai mengadakan aksi-aksi untuk memperjuangkan cita-citanya. Desember tahun itu juga SI Semarang mengadakan rapat anggota dan menyerang ketidakberesan di tanah-tanah partikulir. Juga kaum buruh diorganisasi supaya lebih militant dan mengadakan pemogokan terhadap perusahaan-perusahaan yang sewenang-wenang. Korban pertama pemogokan ini adalah sebuah perusahaan mebel yang memecat 15 orang buruhnya. Atas nama SI, Semaoen dan Kadarisman memproklamasikan pemogokan dan menuntut 3 hal. Pertama, pengurangan jam kerja dari 8,5 jam menjadi 8 jam. Kedua, selama mogok, gaji dibayar penuh dan ketiga, setiap yang dipecat, diberi uang pesangon 3 bulan gaji.

Selanjutnya pada kongres Sarekat Islam ke tiga pengaruh Semaoen semakin kuat. Dikatakannya bahwa pertentangan yang terjadi bukan antara penjajah dan terjajah tetapi juga antara kapitalisme dengan buruh (Suhartono, 2001: 36). Selanjutnya Sosrokardono mendirikan Sarekat Kerja.
Pada kongresnya kelima, menurut Muljana (2008: 128) Semaun mengecam kebijaksanaan ketua Sentral Sarekat Islam, yang bersikap sangat lunak terhadap pembentukan kapital nasional. Dalam kongres kelimanya juga disepakati bahwa tidak boleh menjadi keanggotaan ganda. Mengenai hal tersebut, Semaoen memilih untuk menjadi anggota ISDV. Pada kongres kelima inilah terjadi perpecahan di dalam Sarekat Islam. “… Tahun 1921 golongan kiri dalam tubuh SI dapat disingkirkan, yang kemudian menanamkan dirinya Sarekat Rakyat (SR)” (Poesponegoro, 2010: 345).
Selanjutnya pada kongresnya yang ketujuh Sarekat Islam diperoleh dua keputusan. Kongres mengambil keputusan (Muljana, 2008: 130): 1) mengubah nama Sarekat Islam menjadi Partai Sarekat Islam; 2) memertahankan disiplin kepartaian. Sarekat Rakyat ini menjadi landasan berdirinya Partai Komunis Indonesia. Menurut Suhartono (2001: 37) “… Sentral Sarekat Islam diganti menjadi Partai Sarekat Islam (PSI) . . . Sarekat Rakyat yang merupakan bangunan bawah Partai Komunis Indonesia (PKI)”.

Tokoh-tokoh Marxisme :

1. Karl Heinrich Marx
(Trier, Jerman, 5 Mei 1818 – London, 14 Maret 1883)

         Pemikiran Marx tentang ide-ide sosialis, perjuangan masyarakat kelas bawah, terutama disebabkan karena ia lahir di tengah pertumbuhan industri yang berbasis kapitalis. Perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan buruh dengan jam kerja yang sangat panjang setiap hari , yang sifatnya paten dan dengan upah yang sangat minim. Upah yang sangat minim yang diperoleh para buruh, bahkan hanya cukup membiayai makan sehari. Marx melihat kelas sosial yang tercipta berdasarkan hubungan kerja yang terbangun antara para pemilik modal dan buruh sangat bertentangan dengan prinsip keadilan. Kelas sosial paling bawah yang terdiri atas kelompok buruh dan budak, sering diistilahkan dengan kaum ploretar. Adanya kelas sosial yang menciptakan hubungan yang tidak seimbang tersebut, membawanya pada pemikiran ekstrem, penghapusan kelas sosial.

2. MAO ZEDONG
(……-1976)

     Mao banyak berpikir tentang materialisme dialektik yang menjadi dasar sosialisme dan penerapan gagasan-gagasan ini dalam praktek. Konsep falsafi Mao yang terpenting adalah konflik. Menurutnya: “Konflik bersifat semesta dan absolut, hal ini ada dalam proses perkembangan semua barang dan merasuki semua proses dari mula sampai akhir”. Mao jadi berpendapat bahwa semua konflik bersifat semesta dan absolut, jadi dengan kata lain bersifat abadi. Konsep konflik Mao ini ada kemiripannya dengan konsep falsafi yin-yang. Semuanya terdengar seperti sebuah dogma kepercayaan. Di bawah ini disajikan sebuah cuplikan tentang pemikirannya tentang konflik.

3. JURGEN HABERMAS
(1929 - Sekarang )

              Jürgen Habermas memberikan kontribusi besar untuk pengembangan konsep dan teori komunikatif alasan atau rasionalitas komunikatif, yang membedakan diri dari tradisi rasionalis dengan menempatkan rasionalitas dalam struktur linguistik interpersonal komunikasi bukan dalam struktur baik kosmos atau mengetahui subyek.. Ini teori sosial memajukan tujuan emansipasi manusia, sambil menjaga inklusif universal moral kerangka. Kerangka ini didasarkan pada argumen yang disebut pragmatik universal - bahwa semua tindak wicara memiliki melekat telos (dalam bahasa Yunani kata untuk "end") - tujuan dari saling pengertian, dan bahwa manusia memiliki kompetensi komunikasi untuk membawa pemahaman seperti itu.

4. KARL KORSCH
( 1886 - 1961)

            Korsch lebing condong kepada sesuatu yang humanis atau pemikiran bagaimana memperjuangkan martabat manusia. Karena itu banyak berbicara mengenai hak-hak manusia yang dalam sistem kapitalisme dieksploitir. Marx dalam hal ini memperjuangkan sistem yang mengeksploitir kaum buruh oleh kaum kapitalis. Munculnya alienasi ekonomi, sosial, dan agama merupakan bentuk dari eksploitasi tersebut.     

Tetapi, untuk kedua tokoh terakhir, mereka lebih kepada paham neomarxisme. 


g. Pan Islamisme
                       Hmmm.., kita telah membahas cukup banyak ideologi-ideologi yang masuk ke Indonesia. Pada sesi ini ideologi terakhir yang akan dibahas adalah Pan Islamisme. Apa itu Pan Islamisme ? Menurut Jamaluddin, Pan Islamisme adalah suatu pembaharuan dan kebangkita dari dunia islam sendiri. Istilah Pan Islamisme berawal dari dunia barat. Jadi, Pan Islamisme adalah suat gagasan untuk menyatukan dunia Arab dan dunia Islam untuk melawan kolonialisme Barat yang telah menduduki Dunia Islam dan negara-negara berkembang.
Di Indonesia, hampir berbarengan dengan Gerakan Pan Islam berdiri perkumpulan Jamiatul Kheir di Pekojan, Batavia, pada 1901 sebagai organiasi sosial yang membawa semangat tolong menolong. Jamiatul Kheir dibentuk dengan tujuan utama mendirikan satu model sekolah modern yang terbuka luas untuk umat Islam. Perkumpulan ini lebih menitikberatkan pada semangat pembaruan melalui lembaga pendidikan modern.
Pramudya Ananta Toer dalam bukunya, Rumah Kaca, menyebut Jamiatul Kheir yang didirikan sejak 1901 merupakan organisasi politik yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan yang telah menginspirasi lahirnya Boedi Oetomo.Jamiat Kheir membangun sekolah bukan semata-mata bersifat agama, tapi sekolah dasar biasa dengan kurikulum agama, berhitung,sejarah, ilmu bumi dan bahasa pengantar Melayu. Bahasa Inggris merupakan pelajaran wajib, pengganti bahasa Belanda.Sedangkan pelajaran bahsa Arab sangat ditekankan sebagai alat untuk memahami sumber-sumber Islam.(Rahmat.M.I, 2005:24).                      Keberadaan Jamiatul Kheir yang kemudian disusul dengan Al-Irsyad, setidak-tidaknya sebagai penggerak dunia Islam baru yang pertama kali di Indonesia. Deliar Noer menulis, pentingnya Jamiat Kheir terletak pada kenyataan bahwa ialah yang memulai organiasi dalam bentuk modern dalam masyarakat Islam (dengan anggaran dasar, daftar anggota tercatat,rapat-rapat berkala), dan yang mendirikan sekolah dengan cara-cara yang banyak sedikitnya telah modern (kurikulum,kelas-kelas, dan pemakaian bangku-bangku,papan tulis dan sebagainya).Menurut H.Agus Salim banyak anggota Budi Utomo dan Sarikat Islam sebelumnya adalah anggota Jamiatul Khair.                                                              
Dalam kaitan dengan gerakan kemerdekaan,pada 4 Oktober 1934, pemuda keturunan Arab se Nusantara berkongres di Semarang, dipelopori oleh AR Baswedan, mengumandangkan Sumpah Pemuda Keturunan Arab: Indonesia adalah tanah airnya, bersumpah untuk turun kelas dari bangsa Timur asing menjadi pribumi. Kongres itu juga membentuk Persatuan Arab Indonesia (PAI), yang bertujuan meraih kemerdekaan Indonesia. Ketika Indonesia merdeka, PAI membubarkan diri karena tujuannya telah tercapai. Seperti anak-anak bangsa lainnya mereka lalu menyebar dan aktif dalam berbagai bidang di masyarakat.
Organisasi Islam yang bergerak dengan semangat pembaruan adalah Muhammadyah yang berdiri pada tanggal 18 November 1912 dengan Pemimpinnya Kyai Ahmad Dahlan. Gerakan pembaharuan Muhammadyah memang seringkali dihubungkan dengan Gerakan islam di timur tengah, baik Muhammad Ibn Abdul Wahab yang kemudian dikenal dengan isltilah Wahabi. Tetapi ahmad dahlan tidak berhenti disitu, tetapi juga mempelajari karya Jamaluddin Al Afghani, Muhammad Abdu dan Rasyid Ridha malah pengaruh terbesar yang dirasakan ahmad Dahlan adalah dari Muhammad Abdu dan Rasyid Ridha. Sehingga gerakannya lebih bersifat apolitis dan sufisme yang mendasarkan reformasi Islam abad ke-20.(Qodir, 2010:48)
Hal yang paling berkesan dalam diri Ahmad Dahlan adalah ketika beliau bertemu secara langsung dengan Rasyid Ridha ketika pergi ke Mekkah untuk mendalami ilmu agama pada tahun 1902. Tafsir Al-Manar adalah tulisan Rasyid Ridha yang pernah dipelajari oleh Ahmad Dahlan.
Pengaruh Jamaluddin al-Afghani terhadap Ahmad Dahlan adalah langkah-langkah kembali pada pemahaman Islam yang benar dan menghilangkan taqlid, bid’ah, dan khurafat, mensucikan hati dengan mengembangkan akhlak al-karimah, dan mengembangkan musyawarah dengan berbagai kelompok dalam masyarakat. Begitupun dengan persatuan umat islam yang digagas Jamaluddin al-Afghani dengan Pan Islamismenya, karena menurut Jamaluddin sumber kelemahan dunia Islam adalah lemahnya solidaritas umat islam itu sendiri.oleh karena itu ia menekankan pentingnya dunia Islam bersatu padu melawan kekuatan asing dalam wadah Pan Islamisme.(Karimi, 2012:62)
Gerakan Islam radikal juga pernah terjadi di Indonesia paska kemerdekaan yakni gerakan Darul Islam(DI) yang dipimpin RM Kartosoewirjo. Gerakan ini tidak hanya menggagas dan menyebarakan Pan Islamisme, Persaudaraan muslim namun mendirikan Negara Islam. Akibat kurangnya dukungan dari mayoritas muslim di Indonesia, gerakan DI ini dicap sebagai pemberotak dan dapat ditumpas pada tahun 1962(INSEP, 2011)

Tokoh-tokoh Pan Islamisme :
Tokoh utama Pan Islamisme adalah Al-Afghani yang memiliki murid yang kemudian menggerakkan semangan Pan Islamismenya adalah Muhammad Abduh, sedang Muhammad Abduh adalah guru Ridha. Pemikiran ketiganya yaitu berupaya menempatkan Islam sebagai respons alamiah terhadap kemajuan barat yang mau tak mau kelak harus dicontoh Dunia Arab. Mereka secara sadar menempatkan bahwa prinsip-prinsip dalam Islam sendiri, tidak bertentangan dengan prinsip kemajuan peradaban barat.
Gagasan-gagasan al-Afghani tentang islam membuat dirinya dikenal sebagai tokoh pembaharu. Ia melihat kemunduran umat Islam bukan karena Islam tidak sesuai dengan perubahan zaman, melainkan disebabkan umat islam telah dipengaruhi oleh sifat statis,fatalis,meninggalkan akhlak yang tinggi, dan melupakan ilmu pengetahuan. Intinya, umat Islam menurut beliau telah meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya. Islam menghendaki umatnya yang dinamis, mencintai ilmu pengetahuan, dan tidak fatalis. Sifat statis membuat umat Islam tidak berkembang dan hanya mengikuti apa yang telah menjadi ijtihad ulama sebelum mereka. Mereka tidak berbuat dan menggantungkan harapan kepada nasib.
            Kesalahan umat Islam dalam memahami qadha dan qadar menurut al-Afghani, menjadi factor yang ikut memundurkan umat Islam. Kesalahpahaman tersebut membuat umat Islam tidak berusaha dengan sungguh-sungguh. Jamaluddin menyebutkan, qadha dan qadar  mengandung pengertian bahwa segala sesuatu terjadi menurut sebab musabab(kausalitas). Lemahnya pendidikan dan kekurangan pengetahuan uman tentang dasar-dasar ajaran agama, lemahnya persaudaraan, perpecahan umat Islam yang diikuti pemerintahan yang absolute, mempercayakan kepemimpinan kepada yang tidak dipercaya, dan kuarangnya pertahanan militer, merupakan factor-faktor yang membuat kemunduran umat Islam. Faktor-faktor ini menjdikan umat islam statis, fatalis, dan Mundur.(Muhammad. 2006:215)
Muhammad Abduh juga memiliki tujuan yang serupa yaitu menunjukkan mengandung pada dirinya kualitas agama rasional. Akan tetapi berbedan dengan gurunya yang revolusioner dan menempuh pendekatan politik, Abduh yang seorang moderat dan lebih banyak memusatkan perhatian pada bidang pendidikan daripada kegiatan politis. Ia mencoba menanggapi tantangan-tantangan dunia modern dengan menunjukkan kesesuaian Islam untuk melakuakan intepretasi baru terhadap Al-quran dan As-Sunnah khususnya tentang persoalan kemasyarakatan yang digariskan oleh Allah pada prinsip-pronsip umum tanpa perincian (Romli. 33-34). Bahkan  
Muhammad Rasyid Ridha berpendapat bahwa penyebab kemunduran muslim adalah karena mereka telah kehilangan kebenaran sejati agamanya. Menurutnya, ajaran Islam yang murni itulah yang akan membawa kemajuan bagi umat Islam. Ia juga memandang bahwa salah satu penyebab kemunduran umat adalah adanya sikap atau paham, fatalisme (‘aqidatul-jabbar) di kalangan umat.
Pengembaraan politiknya yang sangat padat dan beragam, sejak di Afganistan, India hingga Mesir yang berada dalam cengkraman penjajahan Inggris, sebagaiman diuraikan di atas, telah mengantarkan Al Afghani memfokuskan ide-ide pembaharuannya pada ide Pan Islamisme (Kesatuan Islam/Jama’ah Islamiyah).  Ia berpendapat bahwa Barat adalah musuh umat Islam, oleh karena itu, salah satu jalan agar umat Islam bangkit dari keterpurukannya adalah dengan bersatu padu melawannya.

Sumber :









2 komentar:

  1. MAKASIH BANYAK KAK!! SANGAT BERMANFAAT (sengaja capslock saking semangatnya..)

    BalasHapus
  2. Keren kak, makasih banyak ilmunya !

    BalasHapus

Recent Post