Latest News

Featured
Featured

Gallery

Technology

Video

Games

Recent Posts

Rabu, 23 November 2016

KAA



Pengaruh KAA Terhadap Perekonomian Global Negara-Negara Anggotanya
Hasil gambar untuk gambar kaa
                Dalam KAA (Konferensi Asia Afrika ) kata-kata ekonomi tertulis dalam 4 tujuan pokok KAA yang dihasilkan melalui Konferensi Bogor pada poin kedua :
2. Untuk mempertimbangkan soal-soal serta hubungan-hubungan di lapangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan negara yang diwakili;
                Namun, sebenernya masalah ekonomi juga tersirat dalam tujuan-tujuan yang lain dan dasasila yang dihasilkan dari KAA sendiri. Karena, memajukan bangsa dapat melalui sektor ekonomi. Peserta KAA mayoritas merupakan negara-negara berkembang. Bahkan banyak negara yang belum merdeka saat menghadiri KAA. Sehingga, banyak diantara negara tersebut yang memiliki kondisi ekonomi yang buruk. Dampak yang paling dapat terlihat setelah dilaksanakannya KAA adalah banyaknya negara-negara yang berhasil memerdekakan diri. Dengan merdekanya suatu negara, memberikan kedaulatan terhadap negara yang bersangkutan. Termasuk dalam melakukan kegiatan ekonomi. Negara-negara tersebut menjadi lebih bebas mengembangkan perekonomiannya. Selain itu, setelah negara-negara tersebut merdeka, mereka akan mendapatkan pengakuan yang lebih dari dunia internasional, sehingga mereka dapat ikut dalam perekonomian skala global dalam rangka pengembangan perekonomian. Banyak diantara mereka yang menjadi anggota PBB setelah berhasil memperoleh kemerdekaaan.
                Baru-baru ini, diadakan peringatan KAA ke-60 tahun yang dilangsungkan di Bandung, tepatnya pada 19-24 April 2015. Sebagai tuan rumah, Indonesia dituntut mampu menjadi “motor” agi negara-negara anggota untuk menghasilkan kesepakatan politik dan ekonomi yang mampu mengubah arah kebijakan global.
                Sesuai dengan tujuan memperkuat diplomasi ekonomi, menurut Hendri (Direktur Eksekutif CORE), Indonesia yang termasuk dalam lima negara Asia dan Afrika dengan Produk Domestik Bruto (PDB) tertinggi perlu memberikan rekomendasi kepada negara-negara yang belum berkembang. Menurutnya, dalam acara pertemuan bisnis Asia-Afrika pada 21 April, Indonesia perlu mendorong negara-negara belum berkembang untuk menyusun daftar positiv infestasi. Sehingga investasi yang masuk dapat diarahkan ke sektor-sektor prioritas pembangunan.
                Ternyata, Asia dan Afrika merupakan dua benua dengan pangsa pasar yang mewakili 75 persen penduduk dunia. Akumulasi PDB Asia Afrika mewakili 30 persen dari PDB dunia atau sebesar USD21 triliun. Negara-negara Asia-Afrika juga banyak yang mewakili perekonomian raksasa di dunia, seperti Tiongkok, Jepang, India, dan Indonesia. Kedua benua tersebut berkontribusi 42,18 persen dari total ekspor dunia atau USD7.581 miliar dan 41,72 persen dari total impor dunia atau USD7.803 miliar. Sedangkan UNCTAD mencatat, arus masuk investasi langsung asing di Asia Afrika mencatat angka yang terus bertumbuh yakni mencapai USD426 juta di Asia dan USD57 juta di Afrika. Sedangkan untuk arus keluar investasinya masing-masing USD326 juta dan USD12 juta. Angka yang cukup menyedihkan, karena arus investasi masuk lebih besar dibandingkan arus investasi keluar.  
             Asia Afrika juga merupakan kawasan dengan pertumbuhan ekonomi paling cepat di dunia selama satu dekade terakhir dengan persentase sekitar lima persen atau jauh melampaui rata-rata perkembangan produksi bruto di level global.
           Model perekonomian kedua benua itu kini makin tersebar dan tidak lagi bergantung pada ekspor komoditas dan pertanian sebagaimana layaknya negara tertinggal. Afrika mulanya memang mengandalkan ekspor dari sektor pertambangan mengingat sepertiga dari kandungan mineral dunia berada di kawasan itu.
           Namun, pada saat harga tembaga, bijih besi, dan komoditas lain jatuh pada akhir tahun lalu, produk domestik bruto di Afrika tetap tumbuh dalam level yang sama seperti sebelumnya. (http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/04/19/388206/kaa-2015-indonesia-dituntut-jadi-motor-ekonomi-asia-afrika)
       Nah, dilihat dari data-data di atas, ternyata di kawasan Asia-Afrika tidak hanya ada negara berkembang, namun ada juga negara yang belum berkembang. Namun, ada juga negara yang telah maju. Oleh karena itu, melalui KAA, negara-negara tersebut dapat saling membantu, termsuk dalam hal perekonomian. Apalagi dengan tergabungnya negara-negara tersebut dalam sebuah kesatuan, sesuai dengan dasasila KAA.
Didukung pula jumlah penduduk Asia-Afrika yang mendominasi populasi di dunia. Kegiatan ekonomi dapat dikembangkan dengan potensi pelaku dan sasaran yang begitu besar. 
Sumber : 
http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/04/19/388206/kaa-2015-indonesia-dituntut-jadi-motor-ekonomi-asia-afrika

GNB



Gerakan Non-Blok, Masih Relevankah Dengan Zaman Sekarang ? 
Gambar terkait
Sebenarnya, apa sih Gerakan Non-Blok itu ? Ya, Gerakan Non-Blok, atau yang lebih sering disingkat dengan GNB adalah gerakan yang muncul pada saat persaingan antara Blok Barat dan Blok Timur sedang panas-panasnya di masa perang dingin. Kedua blok tersebut sangat gencar mencari pendukung dari negara-negara lain. Oleh karena itu, muncullah GNB. Dari namanya, dapat diketahui bahwa gerakan ini tidak ingin memihak salah satu blok. GNB muncul setelah penyelenggaraan KAA di Bandung tahun 1955. Berdasarkan KAA, lahir GNB pada tanggal 1 September 1962.
KTT pertama GNB diselenggarakan di Beogard, Yugoslavia, yang dihadiri 25 anggota negara dari kawasan Asia Afrika. Awalnya, GNB didirikan untuk meredakan perang dingin dan ketegangan dunia. Namun, berlanjut pada kerjasam antar-bangsa yang terlibat di dalamnya.
Seiring berjalannya waktu, GNB menjadi bentuk perjuangan para negara-negara erkembang untuk menciptakan dunia yang aman, bebas dari perang dan kemiskinan, keterbelakangan dan lepas dari belenggu penjajahan.
Pertentangan antara Blok Barat dan Blok Timur berakhir setelah Perang Dingin selesai. Jadi, apa artinya Non-Blok jika sudah tidak ada lagi Blok ? Menurut Andi Ha, GNB hanya sebuah gerakan, bukan organisasi karena tidak memiliki sekretariat dan sifatnya juga tidak memihak di antara negara anggotanya.
Namun, Gerakan Non-Blok didirikan bukan hanya sekedar untuk tidak memihak Blok Barat maupun Blok Timur. Tetapi, GNB juga didirikan untuk memajukan dunia dengan perdamaian. Sesuai dengan asas-asas yang dihasilkan dari KTT Non-Blok pada tahun 1961 di Beogard :
a.    Gerakan Non Blok bukan merupakan blok tersendiri dan tidak termasuk salah satu blok yang ada
b.    Gerakan Non Blok merupakan wadah perjuangan negara-negara yang sedang berkembang
c.    Gerakan Non Blok memegang teguh perjuangan melawan imperialisme, kolonialisme, neokolonialisme, rasialisme, zionisme.
Selain itu, GNB juga memiliki beberapa tujuan :
– Berkaitan dengan Perdamaian Dunia
1) Mengusahakan terwujudnya perdamaian dunia dan hidup bergampingan secara damai.
2) Menyelesaikan persengketaan antarbangsa secara damai.
3) Mengusahakan tercapainya perlucutan senjata secara menyeluruh.
4) Menolak adanya persekutuan militer.
5) Menolak adanya pangkalan asing dan pasukan asing di suatu negara.
– Berkaitan dengan Hak Asasi Manusia
Menentang kolonialisme, rasialisme, dan apartheid.
– Berkaitan dengan Ekonomi
1) Memperjuangkan kemerdekaan di bidang ekonomi dan kerja sama atas dasar persamaan derajat bagi keuntungan bersama.
2) Mengusahakan terwujudnya kerja sama negara-negara maju dan negara-negara berkembang untuk menata ekonomi dunia yang lebih adil dan merata.
– Berkaitan dengan Hubungan Antarbangsa
1)  Mengusahakan hubungan antarbangsa secara demokratis.
2)  Memelihara dan meningkatkan persatuan negara-negara Non Blok.
Sebenarnya, asas dan tujuan dari didirikannya GNB akan selalu relevan dengan perkembangan zaman. Karena, mencita-citakan dunia yang maju dengan perdamaian. Hanya saja, walaupun Perang Dingin telah berakhir, tetap saja pengaruh adanya blok-blok tersebut masih dapat dirasakan dampaknya. Pada kenyataannya, kebanyakan dari negara yang mengikuti GNB adalah negara-negara berkembang. Sedangkan negara yang memihak salah satu blok adalah negara maju. Dan tak dapat dipungkiri, negara-negara di dunia akan cenderung memihak kepada salah satu blok dalam perjalanannya. Sedangkan, negara-negara yang membuat blok atau memihak blok adalah negara-negara yang maju. Namun, dengan adanya GNB sama saja dengan membuat blok dengan blok-blok yang telah ada.
Setiap negara pasti mencita-citakan dirinya untuk menjadi negara yang maju. Dengan sudah adanya negara yang maju, akan mempermudah negara berkembang untuk memajukan negaranya karena sudah ada cerminan bagaimana sehingga sebuah negara dapat menjadi negara yang maju. Namun, sebuah negara tidak akan dengan cuma-cuma membantu negara lain. Apalagi negara yang menentang negaranya. Sedangkan, negara maju kebanyakan negara yang memihak salah satu blok atau menganut blok tersendiri. Negara-negara tersebut akan membantu lebih negara berkembang yang ingin bergabung dengan bloknya. Hal ini berdampak baik bagi negara berkembang karena kemungkinan memajukan negaranya menjadi lebih besar. Hanya saja, keberpihakan pada salah satu blok memang tidak sesuai dengan perdamaian dunia. Karena, dunia ini satu dan diperlukan persatuan seluruh negara di dalamnya untuk mencapai kondisi yang benar-benar diharapkan. Hanya saja, ambisi untuk menguasai dunia selalu ada. Sehingga muncullah blok-blok tersebut.
Jadi, menurut saya, yang diperlukan dunia saat ini adalah GNB yang melibatkan seluruh negara. GNB bukan hanya sekedar gerakan. Namun, non blok apat menjadi kondisi yang berlaku di seluruh dunia. Sehingga, seluruh dunia dapat saling tolong menolong untuk menciptakan satu dunia yang aman, damai, dan sejahtera. Karena, saat ini saja, 60 persen anggota PBB adalah anggota GNB. Faizasyah menjelaskan, GNB sebagai gerakan moral juga sangat dibutuhkan karena dapat juga menjadi poros yang mempunyai kekuatan dalam PBB untuk memperjuangkan kepentingan negara berkembang.
Bersatunya seluruh dunia bukan berarti tidak ada lagi persaingan antar negara-negara. Karena, tak dapat dipungkiri, terbentuknya negara-negara di dunia bukanlah sebuah proses yang singkat. Melainkan melalui sejarah dan perjuangan yang panjang. Perlakuan buruk negara satu terhadap negara lainnya juga bukan sesuatu yang mudah dilupakan sehingga akan selalu ada keinginan untuk menunjukkan bahwa suatu negara dapat menjadi negara yang lebih baik dari yang pernah menindasnya atau dapat dikatakan bangkit  dari keterpurukan. Artinya, persaingan untuk menjadi yang terbaik akan tetap ada. Namun, persaingan tersebut harus dibatasi dan tidak membuat kerugian bagi negara lainnya. Negara yang sudah maju pun dapat memberikan pertolongan kepada negara berkembang namun tetap menjadikan negara berkembang tersebut mandiri dengan potensi dan kondisi yang dimilikinya.
Jadi, kesimpulannya GNB masih relevan dengan masa sekarang karena tujuan-tujuan yang dimilikinya. Dibuktikan dengan jumlah anggota GNB yang terus bertambah hingga saat ini. Bahkan, Jerman, Rusia, AS, dan Belgia pun mulai mendukung gerakan ini. Hanya saja, jika dilihat kondisi real-nya, justru banyak negara-negara yang ikut GNB berpihak kepada salah satu blok karena dorongan politik, sosial, eknomi, dan sebagainya. Namun, GNB harus tetap diperjuangkan dan akan lebih baik jika dapat mempengaruhi seluruh dunia untuk terlibat di dalamnya sehingga tidak ada lagi blok-blok yang dapat menimbulkan perpecahan.
Sumber :


Selasa, 22 November 2016

Indonesia Dalam Menghadapi MEA dan AFTA



Bagaimana Indonesia Dapat Menghadapi MEA dan AFTA ?
Hasil gambar untuk MEA 
Hasil gambar untuk afta
                Pasti kedua singkatan tersebut sudah tak asing lagi di telinga kita. Hampir setiap hari, media massa memberitakan atau sekedar memberi info singkat mengenai MEA dan AFTA. Bahkan, iklan-iklan di pinggir jalan pun menjadikan MEA dan AFTA sebagai alat promosi, seperti kursus bahasa inggris, pelatihan bisnis, dan sebagainya.
                Sebenarnya, apa sih MEA dan AFTA itu ? Mengapa hampir semua orang mempersiapkan diri untuk menghadapi hal tersebut ?
Jadi, ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta  menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya.  AFTA dibentuk pada waktu Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN IV di Singapura 1992. Awalnya AFTA ditargetkan merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN, dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia yang akan dicapai dalam waktu 15 tahun (1993-2008). Kemudian dipercepat menjadi tahun 2003, dan terakhir dipercepat lagi menjadi tahun 2002. Skema Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area (CEPT- AFTA) merupakan suatu skema untuk  mewujudkan AFTA melalui: penurunan tarif hingga menjadi 0-5%, penghapusan pembatasan kwantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya.
Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunai Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura, dan Thailand, dan bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015. Sehingga, barang-barang dari negara-negara ASEAN akan sangat mudah masuk ke Indonesia, begitu pula dengan ekspor barang ke negara-negara tetangga.
Disamping itu, ada juga produk yang dikategorikan sebagai General Exception, yaitu  produk-produk yang secara permanen tidak perlu dimasukkan ke dalam CEPT - AFTA, karena alasan keamanan nasional, keselamatan, atau kesehatan bagi manusia, binatang, dan tumbuhan, serta untuk melestarikan obyek-obyek arkeologi dan budaya.
Indonesia mengkategorikan produk-produk dalam kelompok senjata dan amunisi, minuman beralkohol, dan sebagainya sebanyak 68 pos tarif sebagai General Exception. 
Sedangkan MEA yang merupakan kepanjangan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan bentuk realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara. MEA menggambarkan adanya perekonomian yang mengglobal di antara negara-negara ASEAN dan MEA dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing ekonomi di kawasan regional ASEAN.
Dengan adanya MEA dan AFTA, menandakan para pemimpin negara-negara ASEAN telah sepakat untuk mentransformasi wilayah ASEAN menjadi kawasan bebas aliran barang, jasa, investasi, permodalan, dan tenaga kerja. MEA menggambarkan adanya perekonomian yang mengglobal di antara negara-negara ASEAN dan MEA dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing ekonomi di kawasan regional ASEAN.
Sedangkan AFTA, tujuan utamanya untuk meningkatkan daya saing ekonomi dan bisnis ASEAN di kancah dunia. Harapannya, jika AFTA sukses, negara-negara ASEAN bisa menjadi basis produksi dunia, seperti Cina.

Wah, artinya, kalau seperti itu, semua kegiatan ekonomi antar negara ASEAN (ditambah dengan Cina untuk AFTA) akan benar-benar bebas. Sehingga, pertukaran barang, jasa, dan kegiatan ekonomi lainnya akan dengan mudahnya keluar masuk antarnegara. Saingan ekonomi di dalam negeri menjadi bertambah, para pelaku ekonomi tidak lagi hanya bersaing dengan pelaku ekonomi pribumi, namun ditambah dengan saingan dari negara-negara lain. Hal ini memiliki dampak baik dan buruk bagi setiap negara, termasuk Indonesia. Dengan adanya MEA dan AFTA, kesempatan semua negara menjadi sama dalam melakukan kegiatan ekonominya di wilayah ASEAN. Semua negara berhak melakukan kegiatan ekonomi di negara lain dan harus menerima negara lain yang melakukan kegiatan ekonomi di negaranya secara bebas. Sehingga, keberhasilan perekonomian akibat MEA maupun AFTA tergantung dari sikap yang diambil oleh masing-masing negara. Nah, sekarang kita akan fokus kepada Indonesia. Bagaimana caranya sehingga Indonesia dapat menjadi negara yang sukses atau mendapatkan keuntungan dengan diberlakukannya MEA dan AFTA ?
-          Kesempatan ekspor menjadi sangat besar dengan banyaknya sumber daya alam Indonesia yang bernilai tinggi. Namun, nilainya akan semakin tinggi jika sumber daya alam tersebut diolah terlebih dahulu oleh sumber daya manusia yang mumpuni. Lihat peta sebaran sumber daya alam di seluruh Indonesia berikut :
Hasil gambar untuk sebaran sumber daya alam indonesia
Betapa kayanya negeri kita, bukan ? Dengan diberlakukannya MEA dan AFTA, barang-barang tersebut akan menjadi mudah di pasarkan di kawasan ASEAN yang dapat menambah eksistensi Indonesia di mata dunia. Hanya, barang-barang tersebut akan bernilai sangat murah jika diekspor mentah-mentah. Oleh karena itu, lebih baik jika diolah terlebih dahulu untuk menaikkan harga jual.
Sekarang, di Indonesia sedang berkembang sektor ekonomi kreatif kemampuan para penggelut bidang tersebut dapat dimaksimalkan dalam menghadapi kondisi ini. Magno salah satu buktinya, radio kayu asli Indonesia yang dipasarkan di mancanegara dengan harga yang lumayan tinggi, yaitu sekitar 200-300 dollar AS. Walaupun begitu, peminatnya tetap banyak, lho.
-          Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar dengan kekayaan alam yang dimiliki. Dengan diberlakukannya MEA dan AFTA, akan banyak orang asing yang datang ke Indonesia untuk melakukan berbagai kepentingan. Oleh karena itu Indonesia perlu dipoles agar menjadi sumber pendapatan dengan memanfaatkan kedatangan orang-orang asing tersebut. Berikut potensi Indonesia di bidang pariwisata :


hh.jpg


-          Dengan adanya MEA dan AFTA, barang-barang dan jasa yang ditawarkan oleh pelaku ekonomi lokal akan bersaing dengan pelaku ekonomi asing. Dengan pangsa pasar yang besar, penduduk Indonesia yang berjumlah +- 260.000.0000 orang, dapat menjadi kesempatan bagi seluruh negara untuk meraup keuntungan. Oleh karena itu, jangan sampai pasar lokal dikalahkkan oleh pasar asing. Pemerintah perlu memperhatikan hal ini. Salah satunya dengan melakukan propaganda untuk terus mencintai produk dalam negeri. Para produsen dalam negeri juga harus meningkatkan daya tarik produk sehingga warga Indonesia tetap tertarik dengan produk dalam negeri.
-          Persaingan yang terjadi di abad 21 ini selalu memiliki hubungan dengan perkembangan IPTEK. Oleh karena itu, Indonesia, yang memiliki potensi dengan banyaknya jumlah penduduk berusia muda, perlu memanfaatkan potensi tersebut dengan meningkatkan kesadaran para pemuda untuk melakukan pengembangan di bidang IPTEK.
-          Indonesia akan memperoleh bahan import dengan mudah. Seperti bahan baku yang memang hanya dapat dipenuhi dengan mendatangkan bahan tersebut dari luar negeri akan menguntungkan para produsen dalam negeri.
-          Dengan jumlah penduduk Indonesia yang berkisaran pada 250 juta orang, dan angka tersebut mendominasi pangsa pasar ASEAN yang berjumlah 625 juta orang. Melalui MEA dan AFTA, warga Indonesia dapat dengan mudah bekerja di luar negeri. Hanya saja, mereka perlu bersaing dalam hal skill dan itu menjadi salah satu masalah Indonesia. Penduduk banyak, hanya kualitas SDM kurang. Padahal, jumlah yang banyak itu sangat berpotensi untuk memajukan Indonesia jika didominasi oleh orang-orang dengan kualitas SDM yang bagus. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan perbaikan dalam bidang pendidikan agar dapat menghasilkan SDM yang berkualitas.
Disamping itu, pemerintah sendiri telah mengambil beberapa langkah untuk menghadapi MEA dan AFTA :
-          Pemerintah perlu mengubah pola pikir lama yang birokratis dengan pola pikir enterpreneurship yang lebih efektif dan efisien. Sebagai contoh, kebijakan BBM sebesar Rp 300 triliun dialihkan pada investasi infrastruktur yang lebih produktif.
-          Dalam bidang pendidikan, dilakukan pengembangan kurikulum. Lalu, dilakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat melalui Iklan Layanan Masyarakat tentang MEA agar masyarakat lebih siap.
-          Di bidang Perindustrian, mentri Perindustrian Saleh Husin mengambil strategi ofensif dan defensif. Ofensif yaitu menyiapkan produk-produk unggulan, seperti dalam industri agro, yaitu kakao, karet, minyak sawit, tekstil dan produk tekstil, alas kaki kulit, mebel, makanan dan minuman, pupuk dan petrokimia, otomotif, mesin dan peralatan, serta produk logam, besi, dan baja. Sedangkan defensifI dilakukan dengan menyususn SNI untuk produk-produk manufaktur.
-          Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel memiliki beberapa langkah untuk menghadapi MEA. Salah satunya yaitu mencanangkan Nawa Cita Kementrian Perdagangan dengan menetapkan target eksor sebesar tiga kali lipat selama lima tahun ke depan. Cara tersebut dapat dilakukan degan membangun 5000 pasar, mengembagkan UMKM, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri. Untuk target ekspor, tahun 2015 ditargetkan sebesar US$192,5 miliar. Selain itu, pemerintah juga menyiapkan strategi substitusi impor untuk meningkatkan ekspor dengan memberi nilai tambah produk dalam negeri. Pemerintah berusaha membalik struktur ekspor dengan komposisi 35 persen komoditas dan 65 persen manufaktur.
-          Pemerintah akan memperkuat produk UKM melalui pembinaan terhadap kemasan, sertifikasi halal, pendaftaran merek, dan peningkatan daya saing produk dalam negeri. Pemerintah juga memfasilitasi pelaku UKM daam pameran berskala internasional.
-          Pemerintah mendekati industri yang berpotensi menyumbang peningkatan ekspor, misalnya industri otomotif. Rencananya, industri otomotif akan mengekspor 50 ribu sepeda motor ke Filipina. Kementerian Perdagangan juga mendorong sektor mebel untuk semakin produktif dan meningkatkan ekspor. Selain itu, sektor perikanan juga sangat berpotensi untuk meningkatkan ekspor Indonesia.

Sumber :



Videos

Recent Post